Rating: | ★★★ |
Category: | Movies |
Genre: | Comedy |
Itulah secuplik kalimat yang nyantol di kepala setelah nonton Music and Lyrics, waktu iseng di akhir pekan.
Dibintangi pasangan raja dan ratu genre drama komedi romatis, Hugh Grant dan Drew Barrymore, ekspektasi akan sebuah film yang paling nggak menyamai Wedding Singer membuncah. Sayang, yang terlihat adalah drama komedi romantis standar yang terpaksa gue kasih tiga bintang.
Alex Fletcher, seorang penyanyi pop paruh baya yang karirnya mulai menurun. Sophie Fisher, seorang tukang urus tanaman yang memiliki bakat terpendam sebagai penulis lirik.
Suatu saat, Fletcher, yang sedang berjuang untuk mengembalikan pamornya, diberi proyek membuat sebuah lagu buat seorang penyanyi muda yang sedang "naik daun". Nggak sanggup bikin sendiri, akhirnya Fletcher mencoba untuk meminta bantuan Fischer. Eh, siapa sangka, tidak cuma lirik lagu, penyanyi yang selalu mengandalkan goyang pinggul jijay-nya itu pun berhasil mendapatkan cinta Fischer.
Secara gue pengamat setia Drew Barrymore, agak kaget juga ngliat doi ternyata bisa nyanyi. Walaupun suaranya nggak seistimewa Nicole Kidman tapi nggak jelek-jelek banget. Dibanding dengan Mad Love, Never Been Kissed, Wedding Singer, atau 50 First Dates, gue suka banget ngliat dia dengan rambut brunette-nya. Terlihat lebih segar dan cantik.
Nggak kalah mengagetkannya adalah penampilan Hugh Grant yang ternyata pantas disebut aktor serba bisa. Walau suaranya standar, yang bikin gimana gitu adalah kemampuannya bermain piano yang ternyata cukup lumayan. Dan di usianya yang telah menginjak 40 tahun lbh, he’s still looks damn gorgeous!
Kalau nggak salah inilah pertama kali Drew dipasangkan dengan Hugh. Biar gitu chemistry-nya cukup oke, walaupun nggak sebagus kalau Drew sama Adam Sandler. Tapi entah kenapa, ya, kok gue nggak ngrasa terkesan sama filmnya.
Sampai mereka berdua berhasil nyiptain Way Back Into Love, gue merasa cukup terhibur. Tapi perasaan itu langsung berubah menjadi bete begitu mereka terlibat hubungan badan. Gimana ya, menurut gue terlalu cepet aja. Berikutnya hampir gue tinggal tidur. Untung, belum sampai tidur, penghujung ceritanya mampu membuat gue “terbangun”.
Anyway, gue nggak kecewa, sih, nonton film ini setelah sekian lama penasaran. Tapi terus terang gue berharap lebih baik daripada yang gue tonton sekarang.
hmm.......suka hugh grantnya sih tapi pesimis waktu ngeliat trailernya,jadi gak nonton deh
BalasHapushugh grant di sini jelek. keliatan tuwir -_-'
BalasHapusemang hugh grant tuwirrrrrrr...udah lewat 40 kan? tapi eke tetep cinta (halaaaaah)
BalasHapuskkkkk rekayasa dong aaah..si clooney ajah bisa mantab rekayasanya :P
BalasHapushahahaha hugh grant tuwir tapi cakeeep, terus goyang pinggulnya, dong, mana tahaaan :P....
BalasHapussama aksen inggris dan mata garfieldnya itu lho mel.........
BalasHapuswaks mata garfield..gwe suka hugh grant si bridgett jones diary...*twink2*
BalasHapusyaoi, aksen inggrisnya paling manteb :)
BalasHapusah hugh grant dimana2 teteup cakeup (ngotot)
BalasHapushiyah..klo ngomong seksi..*halaah seneng dah lu va :p*
BalasHapusYup!....
BalasHapusItu namanya Melody Memory ya Mel...? :)
wah, melody memory, lagu jadul banget dhee......
BalasHapus