Langsung ke konten utama

Galactico: Hate It Then, Still Hate It Now

Gara2 prestasi tim kesayangan gue lagi jeblok sebetulnya gue masih ilfil dan menjauhi hal2 yang berbau sepakbola, tapi gara2 baca berita pagi ini jadi agak gatel juga untuk mengeluarkan uneg-uneg.

Di headline kolom olahraga di koran langganan gue pagi ini, terpampanglah sebaris judul yang bikin manyun: Ronaldo Termahal Dunia. Ronaldo yang dimaksud adalah Cristiano Ronaldo, pemain terbaik dunia tahun lalu. Disebut termahal karena CR7 dibeli oleh Real Madrid dari Manchester United dengan nilai transfer tertinggi dalam sejarah sepakbola.

Gue yakin elo semua pasti bertanya2, kenapa gue harus manyun baca judul headline koran itu. Gue sebel karena proyek ambisius yang belum bisa dipertanggungjawabkan itu ternyata betul2 kejadian. Presiden Madrid, Florentino Perez, adalah orang yang mempelopori proyek pembelian pemain2 terbaik dunia (yang harganya super duper mahal) pada era 2000-2006. Sampai2 Madrid dijuluki Los Galacticos, yang berarti sekumpulan pemain dari galaksi lain. Galactico? Yeah, right.

Memang pada saat itu Perez berhasil mengumpulkan para pemain terbaik di berbagai liga di Eropa. Zinedine Zidane, Luis Figo, Ronaldo, David Beckham disatukan dalam satu klub dulu mungkin terdengar surreal, tapi kenyataannya Perez bisa mewujudkan itu. Tapi apa gunanya stempel Los Galacticos kalau prestasinya nggak terdengar seperti dari planet lain. "Hanya" sebuah Liga Champions, dua gelar La Liga dan sebuah Piala Interkontinental yang dipersembahkan para 'alien' itu untuk Madrid.

Padahal prestasi yang semirip itu juga bisa diperoleh Madrid dengan skuad yang jauh lebih sederhana di era Predrag Mijatovic, Davor Suker, Fernando Hierro, Fernando Redondo, Fernando Morientes. Dari arena Liga Champions mereka berhasil mempersembahkan dua gelar. Dalam lima tahun prestasi dua gelar La Liga dan sebuah Piala Interkontinental juga bisa diperoleh. Intinya pemain dengan skill individu kelas satu nggak selalu menjamin klub menjadi hebat. After all, sepakbola adalah permainan 11 orang!

Herannya, Signor Perez belum kapok juga dengan proyek ambisiusnya. Sebelum CR7, Perez sudah lebih dulu mengikat Kaka, asal AC Milan, dengan rekor termahal nomor tiga dunia. Kabarnya, Perez masih akan menambah daftar pemain mahalnya dengan membeli David Villa, Top skor Euro 2008 yang bisa dibayangin sendiri harga jualnya, dan Franck Ribery, yang katanya cuma akan dilepas Bayern Munich dengan harga 'gila'.

Khusus Ronaldo, dari dulu gue nggak respek dengan pemain ini karena terdengar sombong, penggerutu dan nggak loyal.

So, in a simple words, I hate galactico then, and still hate it now. Namun secara gue hanya penggemar, cuma berharap bahwa proyek Neo Galactico ini nggak gagal2 banget. Minimal ada tropi Liga Champions yang diperoleh (walau itu jadi terdengar cemen mengingat dana yang sudah keluar untuk menciptakan tim yang mahal). Madrid sudah terlalu lama melempem di ajang kompetisi itu. Bisa nggak, ya?!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Mantan Atlet

Kalau ngliat nasib mantan atlet di Indonesia, suka prihatin. Gimana nggak? Baca ini deh. Nasib Mantan Atlet Dahulu Jaya, Kini Merana Meliyanti Setyorini - detiksport Sukarna (Detiksport/Meliyanti) Jakarta - Wajar jika atlet tidak menjadi profesi yang populer di Indonesia. Bagaimana tidak jika profesi ini tidak menjanjikan masa depan yang cerah. Untung pemerintah sudah mulai peduli. Sukarna, Surya Lesmana, Budi Kurniawan dan Nico Thomas adalah para mantan atlet yang pernah berjaya di masa mudanya. Sukarna merupakan peraih medali perunggu cabang lempar lembing di Asian Games 1958 di Jepang. Surya Lesmana merupakan mantan pesepakbola top yang pernah wara-wiri di tim "Merah Putih" era 1963-1972. Prestasinya antara lain, juara Merdeka Games tahun 1968, Kings Cup di Bangkok tahun 1969 serta Lions Cup di Singapura pada tahun 1970. Budi Setiawan pun pernah mengharumkan bangsa di luar negeri. Dia tercatat sebagai juara dunia tae kwon ...

Capello

Dari banyak pelatih sepakbola ngetop di dunia ini, Fabio Capello mungkin layak disebut sosok yang paling kontroversial. Biar banyak menuai kecaman, dia tetaplah pelatih hebat dengan segudang prestasi

A Thousand Splendid Suns

Rating: ★★★★ Category: Books Genre: Literature & Fiction Author: Khaled Hosseini Membaca hobi yang cukup lama gue tinggalkan karena lebih sibuk menonton film. A Thousand Splendid Suns adalah novel tebal pertama yang bikin gue akan kembali betah “berteman” dengan buku. Novel ini sebagian besar mengambil setting di Kabul, ibukota Afghanistan yang pernah porak-poranda karena konflik berkepanjangan. Oleh seorang penyair Afghan, Kabul digambarkan begitu indah. “Siapapun tidak akan bisa menghitung bulan-bulan yang berpendar di atas atapnya, ataupun seribu mentari surga yang bersembunyi di balik dindingnya,” kata Saib-e-Tabrizi. Namun bagi Mariam dan Laila, Kabul tidak selalu seindah itu. Mariam adalah seorang perempuan yang dihasilkan dari hubungan terlarang. Tidak mendapatkan pengakuan dari ayah kandungnya dan menerima pelecehan dari ibu kandungnya, Mariam nyaris menjadi perempuan yang tak mengenal cinta tanpa pamrih. Laila sebaliknya. Dia adalah perempuan enerjik yang besar diantara or...