Langsung ke konten utama

Tentang Undangan

Dua tahun terakhir, gue lumayan akrab sama yang namanya undangan pernikahan. Sampai pertengahan bulan Januari ini saja, misalnya, gue sudah menghadiri dua dari empat undangan pernikahan. Dari keempatnya, dua diantaranya ada undangannya. Atas nama ayah, sih, jadi adiknya eyang dan tante tetangga rumah itu mengirimkan undangan.

Dulu, tanda kita diundang ke suatu acara adalah menerima undangannya. Biasanya dikirim lewat pos. Tapi sekarang jaman sudah beda. Tempo hari itu, teman gue yang satu ngundang via SMS, sementara yang lain ngundang lewat milis. Kalau dipikir-pikir kayaknya lebih banyak undangan pernikahan yang gue terima lewat SMS, milis, atau dari mulut ke mulut.

“Mel, datang yah ke resepsi pernikahan kami hari A di B jam C, ditunggu kedatangannya, anu dan anu,” begitu petikan salah satu undangan pernikahan yang gue terima via SMS.

Kalau dari milis atau e-mail biasanya scan-an undangan sebenernya. Kadang sampai sama foto-foto yang ada di undangan (kalau ada) dan denah lokasi resepsi (ini biasanya selalu ada). Kalau yang ngundang nggak mau ribet, isinya, ya, sama saja kayak ngundang lewat SMS.

Dengan modal diundang via SMS atau e-mail, sudah sering banget gue datang ke pernikahan teman. Nah, yang repot kalau undangan pernikahannya dari mulut orang ketiga. “Mel, si A nikah lho besok di B jam C, datang aja.” Wah, kalau undangan model begini, kadang sering gue ragu datang. Takut aslinya nggak diundang, sih. Tapi pernah juga sih dengan modal cuek datang, soalnya teman yang ngasih tau memberi embel-embel “undangannya ada di gue.”

Kalau nggak salah ingat, tiga kali gue dapat undangan pernikahan via “pos”. Posnya gue kutip karena undangan yang semestinya dikirim lewat pos itu malah gue terima langsung dari tangan yang ngundang he he he. Anyway, salah satu undangan itu adalah yang terunik yang pernah gue lihat.

Jadi undangannya dimasukan dalam kotak berbentuk elips yang dibuat bahan yang disulam. Beberapa lembar kertas menjelaskan waktu dan tempat resepsi. Elips itu dimasukkan lagi ke dalam kantong yang juga disulam. Di depannya ada inisial nama pengantinnya. Untuk alamat disisipkan di bagian tali penutup kantong.

Undangan pernikahan itu begitu cantik. Dan menggambarkan pengantin perempuannya yang memang orang Jawa yang halus perilakunya. Ibuku, yang memang pengoleksi undangan pernikahan itu he he he, gembira banget waktu dikasih lihat.

Eh, tapi undangan dari dua teman gue yang lain juga unik, lho. Yang satu uniknya karena cuma selembar tanpa amplop pula. Praktis. Sesuai sama karakter pengantin perempuannya.

Nah, yang satu lagi uniknya karena ada kalendernya! Katanya si pengantin perempuan, “Biar nggak langsung dibuang, Mel, kan masih bermanfaat tuh kalendernya.” Maksudnya mungkin biar kita ingat terus sama dia. Memang cocok sama dia yang senang berteman bahkan masih awet sama teman-teman SD-nya.

Terlepas dari unik enggaknya, mewah enggaknya dan lewat apapun medianya, yang namanya undangan itu menurut gue adalah amanah. Benar kata ibuku, sebisa mungkin datanglah karena artinya kita menghormati si pengundang. 

Bulan depan siapa lagi, ya, yang mau ngasih undangan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beri Gue Spoilers

Kalau merhatiin aktivitas mp-ers di multiply akhir-akhir ini, banyak deh judul yang menyertakan kata (benda, ya?) spoiler. Maklum, buku ketujuh Harry Potter yang memang buanyak sekali penggemarnya baru Sabtu lalu dilempar ke pasar. Tapi ini bukan mau ngomongin Harpot, tapi soal spoiler dan no-spoiler. Dulu, gue bingung dengan maksud kata itu. Apalagi kalau ada kalimat: Warning! contain spoilers! Emang ada apa dengan spoiler? Setelah membaca-baca banyak review orang, akhirnya taulah gue binatang apa itu spoiler. Ternyata banyak orang yang sebel bin keki kalau membaca review yang di dalemnya ada unsur membocorkan cerita. Tapi kalau gue sih nggak termasuk, karena gue malah selalu menantikan spoiler2 itu! Iya, kalau baca buku kadang sering gue langsung baca bab terakhir supaya tahu saja akhir ceritanya kayak apa. Kalau nonton film, gue hampir selalu baca review-nya dulu (yang ada spoilers-nya lebih baik) atau kalau enggak tanya sama yang udah nonton film yang mau gue tonton. Pokok...

Taman Nasional Baluran, Merasakan Afrika di Timur Pulau Jawa

Apa yang terlintas di pikiranmu jika mendengar kata padang savana?   Rerumputan? Afrika? hewan liar? Ya, semuanya tidak salah. Tapi nggak perlu jauh-jauh ke Afrika kalau mau lihat rerumputan dan hewan liar, cukup ke Taman Nasional Baluran saja.  TN Baluran terletak di antara Banyuwangi dan Situbondo. Lokasinya sangat mudah dicapai dengan peta, namun hati-hati terlewat ya. Karena hanya ada satu gerbang untuk masuk-keluar di TN Baluran. Lokasi wisata ini dibuka pagi mulai pukul 07.30-16.00 sore saja. Untuk masuk ke kawasan pengunjung hanya dikenakan biaya Rp 16.500/ orang (hari biasa) dan Rp Rp 10.000/ mobil. Namun jika kamu datang pas hari libur, tiketnya menjadi Rp 18.500/ orang.  Apa saja yang bisa dilihat?  Padang savana, yang terkenal sebagai spot foto adalah Savana Bengkol. Julukan TN Baluran sebagai Little Africa of Java paling kerasa hype di spot ini.  Pantai, yang terkenal adalah Pantai Bama. Di sini pasirnya putih dan banyak tempat buat ngaso dan, tentu ...

Get Married

Rating: ★★ Category: Movies Genre: Comedy Tadinya males bikin review film ini. Abis standar beth. Tapi berhubung temanya bikin gue gregetan, jadi gini aja, ya. Secara tema, film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ini mirip sama film yang rilis beberapa tahun lalu yang berjudul Pride and Prejudice. Ternyata, dari jaman kuda gigit besi ampe sekarang anak perempuan di seluruh dunia nasibnya sama, ya. Kalo di PnP, orang tua Lizzie Bennet ngebet nikahin anaknya sama bangsawan tajir untuk nyelametin perekonomian keluarga, di Get Married ini Mae (gitu nama perempuan yang diperankan Nirina ini) dituntut untuk segera menikah atas nama "berkembang biak" dan "meneruskan warisan keluarga". Hhh.... Awalnya sih lucu2 aja, si ortu yang diperankan sama Jaja Miharja dan Meriam Bellina itu berhasil menemukan beberapa cowok yang masih lajang di kampungnya. Profesinya mulai PNS, wiraswasta (yang kata Mae semirip tukang ojek), sampe olahragawan (tukang pukul sih tepatnya). Tapi fil...