Langsung ke konten utama

Singkawang yang Berkesan

Saya, ibu, Tiwi, Dwi dan pak supir Arifin menempuh perjalanan kurang lebih tiga jam dari Pontianak menuju Singkawang, Jumat (2/7/2010). Setibanya di rumah pakde di Gg Melur dan leyeh-leyeh sejenak, kami pun beranjak ke Rindu Alam, kawasan wisata alam yang baru beberapa tahun belakangan dibuka. 

(ki-ka) mas Wawan, pakde, bude, ibu, saya (depan) Tiwi di depan rumah pakde 

Perjalanan ke Rindu Alam sebetulnya tidak lebih dari setengah jam dari pusat kota, namun pakde dan bude mengajak kami mampir sejenak untuk makan siang di restoran Pondok Dangau. Nuansa resto keluarga dan makanan Indonesia yang ditawarkan sangat lumayan. Sepertinya salah satu resto favorit di kota Singkawang, nih.

Selepas sholat Jum'at, kami melanjutkan perjalanan ke Rindu Alam. Wah, daerah pegunungan yang terdiri dari Gunung Kota, Besar dan Gunung Lapis yang dahulu tidak tersentuh kini sudah dirambah menjadi kawasan wisata. Rindu Alam mengingatkan gue dengan puncak, dengan jalan curam dan berkelok-keloknya. Tapi di atas sana, terlihat pemandangan indah Singkawang, yang mengingatkan saya dengan Bukit Bendera di Penang. Tapi pemandangan dari atas Rindu Alam jauh lebih indah. Kayaknya kalau ditambah fasilitas kereta kabel, kawasan wisata ini bakal lebih menarik.

Selain menjual pemandangan dari atas gunung, kawasan wisata ini juga berdekatan dengan Zinka Zoo (kebun binatang) dan pantai berpasir putih, Pantai Pasir Panjang.


Rindu Alam dari salah satu sudut


 Ibu dan Tiwi di salah satu sudut Rindu Alam. Indahnya alam di sana

Zinka Zoo ini kebun binatang dengan konsep yang sungguh unik. Perpaduan antara Taman Safari dan kebun binatang konvensional. Kita bisa bermobil atau menggunakan bus pariwisata yang telah tersedia sambil melihat binatang yang dikandangkan. Yang agak nggak matching, menurut gue, adalah adanya ayunan di sana-sini. Soalnya sepanjang jalan curam dan berkelok, lho. Apa iya ada yang mau turun dari mobil/ bus untuk sekedar main ayunan?

Kandang singa yang sedang tidur. BTW pemeliharaannya disponsori, lho

Sayangnya lagi cuaca hari itu kurang mendukung, gerimis dan sangat mendung. Akhirnya kami batal mengunjungi Pantai Pasir Panjang dan kembali lagi ke kota. Oh ya, dalam perjalanan kami mampir sejenak di mie ayam kering Haji Aman yang uenaaak.

Mampir sebentar di rumah pakde untuk mandi sore, selepas Maghrib kami jalan-jalan lagi di pusat kota, melihat Pasar Hongkong dan kelenteng terbesar di kota Singkawang (which I forgot the name :)). Sayangnya lagi, Pasar Hongkong yang saya incar di pinggir sungai hari itu sangat sepi karena listrik nggak nyala. Alasan penjual pisang di pinggir jalan: "Pemda lagi krisis, listrik dimatikan." He? Krisis apa?

Karena di situ nggak asyik, kami hanya mampir di pasar yang ada di Jl. Budi Utomo. Kata bude, suasana bakal lebih ramai di akhir pekan dan di dini hari karena hari itu ada perempat final Piala Dunia 2010. Akhirnya mampir aja di kelenteng yang saya sebut sebelumnya. Itu juga hanya foto-foto dari luar.

Perjalanan tiga jam kembali ke Pontianak terasa sangat panjang apalagi diiringi hujan gerimis. Tapi sepanjang jalan tampak kemeriahan Piala Dunia. Di Mempawah, banyak lapak nonton bareng yang rameee banget penontonnya. Padahal pagi hari ketika kami melintas, kota kabupaten ini terlihat sangat sepi.

Terima kasih untuk keluarga pakde atas jamuannya. Perjalanan pertama ke Singkawang setelah puluhan tahun ini sangat berkesan. Mudah-mudahan saya dapat kembali lagi ke sana bersama keluarga tercinta :).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beri Gue Spoilers

Kalau merhatiin aktivitas mp-ers di multiply akhir-akhir ini, banyak deh judul yang menyertakan kata (benda, ya?) spoiler. Maklum, buku ketujuh Harry Potter yang memang buanyak sekali penggemarnya baru Sabtu lalu dilempar ke pasar. Tapi ini bukan mau ngomongin Harpot, tapi soal spoiler dan no-spoiler. Dulu, gue bingung dengan maksud kata itu. Apalagi kalau ada kalimat: Warning! contain spoilers! Emang ada apa dengan spoiler? Setelah membaca-baca banyak review orang, akhirnya taulah gue binatang apa itu spoiler. Ternyata banyak orang yang sebel bin keki kalau membaca review yang di dalemnya ada unsur membocorkan cerita. Tapi kalau gue sih nggak termasuk, karena gue malah selalu menantikan spoiler2 itu! Iya, kalau baca buku kadang sering gue langsung baca bab terakhir supaya tahu saja akhir ceritanya kayak apa. Kalau nonton film, gue hampir selalu baca review-nya dulu (yang ada spoilers-nya lebih baik) atau kalau enggak tanya sama yang udah nonton film yang mau gue tonton. Pokok...

Taman Nasional Baluran, Merasakan Afrika di Timur Pulau Jawa

Apa yang terlintas di pikiranmu jika mendengar kata padang savana?   Rerumputan? Afrika? hewan liar? Ya, semuanya tidak salah. Tapi nggak perlu jauh-jauh ke Afrika kalau mau lihat rerumputan dan hewan liar, cukup ke Taman Nasional Baluran saja.  TN Baluran terletak di antara Banyuwangi dan Situbondo. Lokasinya sangat mudah dicapai dengan peta, namun hati-hati terlewat ya. Karena hanya ada satu gerbang untuk masuk-keluar di TN Baluran. Lokasi wisata ini dibuka pagi mulai pukul 07.30-16.00 sore saja. Untuk masuk ke kawasan pengunjung hanya dikenakan biaya Rp 16.500/ orang (hari biasa) dan Rp Rp 10.000/ mobil. Namun jika kamu datang pas hari libur, tiketnya menjadi Rp 18.500/ orang.  Apa saja yang bisa dilihat?  Padang savana, yang terkenal sebagai spot foto adalah Savana Bengkol. Julukan TN Baluran sebagai Little Africa of Java paling kerasa hype di spot ini.  Pantai, yang terkenal adalah Pantai Bama. Di sini pasirnya putih dan banyak tempat buat ngaso dan, tentu ...

Get Married

Rating: ★★ Category: Movies Genre: Comedy Tadinya males bikin review film ini. Abis standar beth. Tapi berhubung temanya bikin gue gregetan, jadi gini aja, ya. Secara tema, film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ini mirip sama film yang rilis beberapa tahun lalu yang berjudul Pride and Prejudice. Ternyata, dari jaman kuda gigit besi ampe sekarang anak perempuan di seluruh dunia nasibnya sama, ya. Kalo di PnP, orang tua Lizzie Bennet ngebet nikahin anaknya sama bangsawan tajir untuk nyelametin perekonomian keluarga, di Get Married ini Mae (gitu nama perempuan yang diperankan Nirina ini) dituntut untuk segera menikah atas nama "berkembang biak" dan "meneruskan warisan keluarga". Hhh.... Awalnya sih lucu2 aja, si ortu yang diperankan sama Jaja Miharja dan Meriam Bellina itu berhasil menemukan beberapa cowok yang masih lajang di kampungnya. Profesinya mulai PNS, wiraswasta (yang kata Mae semirip tukang ojek), sampe olahragawan (tukang pukul sih tepatnya). Tapi fil...