Langsung ke konten utama

Postingan

Situs Pertemanan

Setelah beberapa kali "nolak "undangan dari temen, akhirnya kemaren gue gabung di situs pertemanan terbaru yang namanya linkedin.com. Keknya situs yang satu itu agak beda dengan situs pertemanan yang sedang gue ikutin. Dan memang iya, sih, kalo dari penerwangan sementara, karakternya lebih serius dibandingkan yang lain. FYI aja, gue udah punya account Friendster, Multiply, Facebook, sampe Hi5. Ini aja gue dah nolakin request dari tagged.com. Buat temans yang ngundang, maaf, ya, empat account di situs jaringan pertemanan rasanya sudah jauh dari cukup :D Anyway, dari keempat situs pertemanan yang gue ikutin, kayaknya Multiply dan FS yang masih rajin gue tengokin. MP karena di sini gue bisa nulis, bisa narsis, bisa curhat karena nggak terlalu banyak juga temennya. Di sini gue bisa memilih sejauh mana privasi gue mo diumbar di internet. Walaupun bosen, gue masih mbukain FS karena dari situ gue bisa gampang ketemu temen2 lama. Trus salah satu fitur yang gue demenin adalah testimo

The Kite Runner

Rating: ★★★★ Category: Books Genre: Literature & Fiction Author: Khaled Hosseini Ini novel kedua Khaled Hosseini yang gue baca. Padahal yang betul, The Kite Runner keluar terlebih dahulu dibandingkan A Thousand Splendid Suns. Sama seperti sebelumnya, The Kite Runner sama menyentuhnya, sama detailnya, dan sama istimewanya. Novel ini bercerita mengenai Amir dan Hassan, dua lelaki yang dibesarkan di sebuah rumah di Kabul. Amir diceritakan sebagai anak orang kaya yang berperasaan halus dan sangat menyukai sastra. Hassan adalah anak pelayan yang pemberani dan loyal. Persahabatan mereka berlangsung bertahun-tahun dengan bahagia. Puncak kebahagiaan mereka adalah ketika Amir memenangkan turnamen layang-layang tahunan di kota Kabul. Ironisnya, pada hari yang sama sebuah peristiwa memilukan menimpa Hassan dan mengubah persahabatan mereka selamanya. Amir “menendang” Hassan dan ayahnya, pelayan keluarga Amir selama berpuluh-puluh tahun, keluar dari rumahnya. Namun tindakan lelaki 13 tahun itu

Cerita Jeans Kesempitan

Sehari2, termasuk ke kantor, gue paling demen make celana jeans. Sangking seringnya, semua jeans gue sekarang udah belel warnanya. Tapi gue nggak sedang pengen ngomongin warna melainkan ukuran. Dari SMA sampe kerja setahun dua tahun pertama, kalo nggak salah, gue selalu make ukuran jeans paling kecil. Kalo ukurannya pake huruf, gue pake S. Kalo ukurannya nomer, biasa pake 26 atau 27. Itu aja kadang masih kegedean di beberapa tempat --biasanya pinggul.  Mangkanya dulu gue lumayan sering permak jeans di vermak lepis (wakakak, ntu bener tulisannya, lho :p). Mulai dari potong bawah doang karena kepanjangan sampe permak pinggul ke bawah. Abis paling enggak nyaman pake jeans kedodoran. Sekarang kayaknya kasus kedodoran gag bakal kejadian lagi, deh. Yang ada kesempitan. Iya nih, gue dibikin shocked ngliat jeans2 andalan gue satu per satu mulai gag bisa dipake. Yang nomor 27 itu dah gag muat segag muatnya. Yang biasa gue pake nih (nglirik bawah meja :D) harus dengan penuh perjuangan naikin re

All You Need Is Love?

Lihat blog entry gue beberapa bulan lalu. Dan lihat sekarang gue menyertakan tanda tanya di belakang kalimat itu. Kondisi di salah satu wilayah kehidupan itu membuat gue mempertanyakan kalimat itu.   Satu demi satu teman gue meninggalkan kantor. K beberapa bulan yang lalu disusul A seminggu yang lalu. Mengutip kalimat seorang tokoh yang gue baca di Koran Sindo, ketika dia meninggalkan perusahaan karyawan bukan meninggalkan pekerjaannya, tapi dia meninggalkan atasannya.   Hmm, apakah betul? Gue nggak tahu. Tetapi ketika kamu sudah tidak berada di antara lingkungan atau pekerjaan yang membuat kamu nyaman, gue setuju pergi adalah solusi yang paling tepat.   So, is love is all we need? Kata seorang teman, dia akan pergi ketika kantor tidak mampu lagi menyediakan ruang untuknya berkembang. Lebih lima tahun merasakan suka dan duka dalam pekerjaannya pun tidak menjadi pertimbangan. Ketika sudah banyak syarat terabaikan, sorry, John, sorry Paul, tampaknya gue harus setuju dengan mereka.

Serendipity (Lagi)

Alasan kenapa serendipity menjadi topik pekan ini bukan cuma karena pengalaman gue aja, tapi juga karena cerita di hari Minggu itu. Akhir pekan lalu ceritanya gue nemenin mama menghadiri manasik haji di Kuningan. Sampai siang menjelang hari itu biasa2 saja. Seusai waktu Sholat Dzuhur, mama kembali ke meja kami agak terlambat. Padahal perut udah keroncongan ngliat meja penuh makanan di ruangan sebelah. Datang2 dia langsung berteriak gembira. "Mbaak, sini kenalin teman mama yang sudah 30 tahun lebih nggak ketemu!". HAH? Perempuan setengah baya itu adalah teman sekolah mama waktu SMP di Batu Jajar (Jawa Barat). Katanya mama sudah kehilangan kontak dengan temannya itu sejak lulus2an SMP. Siapa sangka ketemunya lagi setelah sama2 tua dan sama2 mau naik haji. Setelah pertemuan itu banyak cerita pun meluncur dari bibir mama. Suami teman mama itu adalah kakak kelas mereka waktu SMP. Suami temannya itu adalah mantan pacarnya mama. Alhasil temannya itu pernah cemburu berat dan mu

A Thousand Splendid Suns

Rating: ★★★★ Category: Books Genre: Literature & Fiction Author: Khaled Hosseini Membaca hobi yang cukup lama gue tinggalkan karena lebih sibuk menonton film. A Thousand Splendid Suns adalah novel tebal pertama yang bikin gue akan kembali betah “berteman” dengan buku. Novel ini sebagian besar mengambil setting di Kabul, ibukota Afghanistan yang pernah porak-poranda karena konflik berkepanjangan. Oleh seorang penyair Afghan, Kabul digambarkan begitu indah. “Siapapun tidak akan bisa menghitung bulan-bulan yang berpendar di atas atapnya, ataupun seribu mentari surga yang bersembunyi di balik dindingnya,” kata Saib-e-Tabrizi. Namun bagi Mariam dan Laila, Kabul tidak selalu seindah itu. Mariam adalah seorang perempuan yang dihasilkan dari hubungan terlarang. Tidak mendapatkan pengakuan dari ayah kandungnya dan menerima pelecehan dari ibu kandungnya, Mariam nyaris menjadi perempuan yang tak mengenal cinta tanpa pamrih. Laila sebaliknya. Dia adalah perempuan enerjik yang besar diantara or

Milestone

Dari Answer.com: [n] An important event, as in a person's career, the history of a nation, or the advancement of knowledge in a field; a turning point. Dari beberapa minggu terakhir, ada aja berita istimewa dari temen2 seangkatan gue. Di usia  27 tahun lebih, teman gue memutuskan resign dari pekerjaannya di ibukota dan pulang kampung untuk menyongsong masa depan bersama calon suaminya. Sahabat gue yang lain, akan menikah dua bulan kurang sedikit sebelum usianya menginjak 27 tahun. Sahabat gue lainnya, akan dianugerahi anak pertama beberapa bulan menjelang usia 28 tahun. Sekarang kandungan istrinya sudah menginjak bulan kelima. Gue? Tinggal beberapa jam sebelum menginjak usia 27 tahun, i'm still thinking real hard about my milestone. Hmm, mungkinkah ITU juga bisa disebut milestone? Yah, walau nggak sepenting punyanya temen2 gue. With or without a milestone, i will turn 27 tomorrow. Happy birthday, me :)