Langsung ke konten utama

IBL All-Star Game

Hari Minggu (1/5) untuk pertama kalinya gue nonton acara basket all-star ala Indonesia. Istimewanya IBL All-Star perdana gue saksikan secara langsung dari Makassar. It's full of entertainment!

Firstly, gue ga nyangka ternyata pebasket nasional bisa nge-dunk juga! ga cuman satu kali bahkan sampe berkali-kali. Padahal seinget gue setahun lalu dunk di IBL itu jarang banget. Kalaupun ada pasti aksinya standar (asal nombok dan masuk!) lebih sering malah malah ga masuk...

Tapi kali ini Marlon Adirangga (Citra Satria), Anangga Kurniawan (Bhinneka Sritex), Agustinus Sigar (SM Britama), Mario Wuysang (HP Aspac) dan Andre Tiara (IM Panasonic Telkomsel) nombok. Keren juga sih. Sampe ada yang bergelantungan di ring basket! jadi inget Shaq O'Neal kalo abis nge-dunk hehehe...

Udah gitu, para bintang ternyata juga jagoan tembakan tiga angka lho. Johannes Winar (SM Britama), Sigar dan I Made Sudiadnyana (Bhinneka Sritex) beberapa kali melakukannya. Mario juga sempat. Keren.. Keren!

Aksi keren para bintang basket nasional membalut pertandingan seru antara Tim Merah versus Tim Putih. Game berakhir dengan skor tinggi, 113-105! (surprise! soalnya biasanya pertandingan IBL skor paling mentok 60 atau 70 angka)

Gak cuma pertandingan yang full entertainment, kontes slam dunk dan tembakan tiga angka --yang dilangsungkan saat halftime-- juga seru banget.

Gue kirain kontes slam dunk-nya bakal asal nombok aja, ternyata nga! Yang menang, Amin Prihantono (SM Britama) nombok sambil nglompatin tiga pemain yang setengah tengkurap. Wow! penonton langsung applaus meriah.. ga heran tiga juri langsung kasi nilai sempura.. 10..10..10!

Yang lucu Wendha Wijaya (SM Britama). Kirain mo ngikutin Josh Smith, jawara slam dunk 2005 yang nombok sambil nglompatin seorang pemain yang duduk di kursi, eh setelah ngambil ancang-ancang tahu-tahu kursinya dinaikin, dan dia nombok dari atas situ.. hehehe langsung pada GEERRR!

Yang lain adalah kontes tembakan tiga angka. Tapi nga seperti NBA, di IBL bola yang dilempar lebih sedikit dan ga ada bola dengan angka ganda. Alhasil yang menang, Lolik, cuma melesakkan 6 tembakan yang bernilai 6 angka. Dia menyisihkan Riko Hantono (5 bola), Teguh Arifianto (4 bola), Johanes Winar (4 bola) dan Kelly Purwanto (2 bola).

Wah gue puas banget nonton IBL All-Star tahun ini, gimana penontonnya yah? Kayanya sih puas soalnya pas "Meet and Greet" penonton keliatan antusias dan ngrubutin pemain. Alhasil wartawan cuma bisa gigit jari karena sulit minta komentar pemain.

Eniwey emang jangan bandingin IBL All-Star dengan punyanya NBA. Beda banget karena NBA glamor sementara IBL sederhana. Tapi dua-duanya punya persamaan, yaitu sama-sama entertaining.

Malah IBL punya kelebihan yang gue lebih sukai: banyak pebasket gorgeous yang layak dikecengin *sigh. Beruntung gue sempat mengabadikan gambar gue dengan salah satu pebasket yang gue kagumin. Mau tau siapa? Tunggu update berikutnya yach :p

Komentar

  1. waks..kalo nonton IBL ngajak-ngajak dong. ge juga pengen..heheheh

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Mantan Atlet

Kalau ngliat nasib mantan atlet di Indonesia, suka prihatin. Gimana nggak? Baca ini deh. Nasib Mantan Atlet Dahulu Jaya, Kini Merana Meliyanti Setyorini - detiksport Sukarna (Detiksport/Meliyanti) Jakarta - Wajar jika atlet tidak menjadi profesi yang populer di Indonesia. Bagaimana tidak jika profesi ini tidak menjanjikan masa depan yang cerah. Untung pemerintah sudah mulai peduli. Sukarna, Surya Lesmana, Budi Kurniawan dan Nico Thomas adalah para mantan atlet yang pernah berjaya di masa mudanya. Sukarna merupakan peraih medali perunggu cabang lempar lembing di Asian Games 1958 di Jepang. Surya Lesmana merupakan mantan pesepakbola top yang pernah wara-wiri di tim "Merah Putih" era 1963-1972. Prestasinya antara lain, juara Merdeka Games tahun 1968, Kings Cup di Bangkok tahun 1969 serta Lions Cup di Singapura pada tahun 1970. Budi Setiawan pun pernah mengharumkan bangsa di luar negeri. Dia tercatat sebagai juara dunia tae kwon ...

Capello

Dari banyak pelatih sepakbola ngetop di dunia ini, Fabio Capello mungkin layak disebut sosok yang paling kontroversial. Biar banyak menuai kecaman, dia tetaplah pelatih hebat dengan segudang prestasi

A Thousand Splendid Suns

Rating: ★★★★ Category: Books Genre: Literature & Fiction Author: Khaled Hosseini Membaca hobi yang cukup lama gue tinggalkan karena lebih sibuk menonton film. A Thousand Splendid Suns adalah novel tebal pertama yang bikin gue akan kembali betah “berteman” dengan buku. Novel ini sebagian besar mengambil setting di Kabul, ibukota Afghanistan yang pernah porak-poranda karena konflik berkepanjangan. Oleh seorang penyair Afghan, Kabul digambarkan begitu indah. “Siapapun tidak akan bisa menghitung bulan-bulan yang berpendar di atas atapnya, ataupun seribu mentari surga yang bersembunyi di balik dindingnya,” kata Saib-e-Tabrizi. Namun bagi Mariam dan Laila, Kabul tidak selalu seindah itu. Mariam adalah seorang perempuan yang dihasilkan dari hubungan terlarang. Tidak mendapatkan pengakuan dari ayah kandungnya dan menerima pelecehan dari ibu kandungnya, Mariam nyaris menjadi perempuan yang tak mengenal cinta tanpa pamrih. Laila sebaliknya. Dia adalah perempuan enerjik yang besar diantara or...