Langsung ke konten utama

3 Reasons

Gue bukan movie buff, tapi kalau yang main adalah aktor favorit, gue pasti berusaha untuk nonton filmnya. Dari banyak aktor yang ada di dunia ini ada tiga orang yang membuat gue rela mengeluarkan effort buat nonton film mereka. Tiga orang yang jadi alasan gue suka nonton film adalah Keanu Reeves, Tom Hanks, dan Nicholas Cage.


‘Perkenalan’ gue dengan Keanu terjadi tahun 1990-an. Waktu itu namanya baru booming gara-gara film Speed yang kesohor itu. Kalau dihitung-hitung mungkin ada lebih lima kali gue nonton Speed. Tapi tiap kali habis nonton, gue nggak pernah bosen dengan Keanu. Gentlemen yang ganteng dan gagah itu pun jadi sosok cowok ideal yang gue impi-impikan hadir di kehidupan nyata.


Saking sukanya sama Keanu dulu gue bahkan doyan mengkliping segala hal soal dirinya. Puncaknya, waktu Mas Yoyok ke Australia gue dapet oleh-oleh majalah-semi-biografi Keanu yang bercerita soal dia dari masih kecil sampai sukses gara-gara Speed. Oleh-oleh yang istimewa itu masih gue simpen dengan baik sampai sekarang dan masih gue baca kalau lagi kangen sama Keanu he he he.


Sayang, abis Speed sosok Keanu tenggelam dalam film aneh-aneh yang membuat gue il-feel. Mungkin hanya di film A Walk in The Clouds, Keanu yang kala itu berubah jadi sosok tentara lembut yang penyayang yang membuat gue agak tertarik lagi dengan Keanu. Tapi itu pun gue nonton di televisi.


Not until The Matrix (Reloaded, Revolutions) gue tergila-gila lagi dengan Keanu. Waktu Matrix pertama muncul gue masih nonton via VCD. Kenapa? Karena gue nggak siap nonton film futuristic kayak gitu. You know lah sebelumnya gue HANYA mau nonton film drama di bioskop. Betul saja, gue harus nonton dua kali sebelum ngerti apa itu The Matrix. Ceritanya sebetulnya absurd, tapi Keanu membuatnya jadi keren. I love it!


Waktu Reloaded keluar beberapa tahun setelah film pertamanya, gue pun antusias buat nonton. Gue inget nonton Reloaded sama alumnae 2-3 waktu film itu baru beberapa hari keluar. Telpon punya telpon di mana-mana tiketnya dah habis, dan kita pun coba-coba ngacir ke Kalibata 21 (yang terdekat dari rumah Ria, ‘base camp’ kita waktu itu). Karena nyaris kehabisan, kita rela ngambil duduk di baris terdepan! Can u imagine hampir dua jam nonton sambil ndongak ke arah layar? Pegel banget! Untung filmnya jauh lebih menarik dibandingkan yang pertama. Nggak percuma.


Timing nonton Revolutions nggak sedramatis Reloaded. Kalau nggak salah gue nonton sama Wiwi –fellow Keanu lovers he he he. Film yang antiklimaks karena makin nggak make sense (Masa Neo jadi bisa terbang? ini film Matrix apa Superman?). Gue pun bersyukur karena trilogi sudah berakhir.


O ya, setelah The Matrix, Keanu sempat muncul di Something’s Gotta Give. Di situ dia berperan jadi dokter yang naksir sama aktris utama (Diane Keaton if im not mistaken) yang umurnya lebih tua. Would u believe if I said that awalnya gue nonton film itu cuma karena pengen ngliat Keanu yang tampil sebagai pemeran pembantu? Pengorbanan gue adalah gue rela nonton sendirian. But it’s worth it! Keanu dan filmnya sendiri bagus banget. Film itu sekarang jadi salah satu favorit gue sepanjang masa.


Film Keanu terakhir yang gue tonton di bioskop adalah Lake House tahun ini juga. Seperti kembali melihat Speed, I love him once more. Apalagi lawan mainnya waktu itu Sandra Bullock –lawan mainnya di Speed. Meski kali ini Keanu nggak botak lagi, nggak lagi lari dengan kencang, nggak lagi nyelametin orang-orang, he’s still as charming as he is in Speed.


Beranjak ke aktor kedua, Tom Hanks. Berbeda dengan Keanu, gue baru doyan Tom Hanks setelah nonton beberapa filmnya. Memang gue terkesan waktu dia main di Forrest Gump, tapi baru di Sleapless in Seattle gue baru melihat dia sebagai aktor yang luar biasa. Dia bisa memerankan orang blo’on, orang pintar, jadi komedian, jadi heartthrob.


Forrest Gump dah beberapa kali gue tonton. Tapi gue nggak ingat sama sekali kapan atau dimana pertama kali ngliatnya. But gue cinta banget sama film itu. Forrest Gump adalah film yang sarat makna, menyentuh, meski ada beberapa bagian yang gak masuk akal. Dibandingin filmnya Keanu, mungkin lebih banyak film Tom yang gue tonton. Forrest Gump, Sleapless in Seattle, Saving Private Ryan, Road to Perdition, You’ve Got Mail, Cast Away adalah beberapa film yang masih gue inget jalan ceritanya.


Film terakhir Tom yang gue tonton di bioskop adalah The Terminal. Udah lama banget tuh, waktu masih kuliah. Tom di situ jadi imigran asal negara antah berantah yang stuck di bandara JFK karena negaranya tiba-tiba nggak diakui kedaulatannya sama AS. Cerita film drama komedi romantis ini unik. Sayang, lawan main Tom nggak oke. Antara Tom-Catherine Zeta Jones nggak ada chemistry yang membuat gue trenyuh.


Gue pernah baca buku Forrest Gump 2. Buku itu bercerita mengenai hidup Gump dan anaknya pasca kematian Jenny. Tapi kok sampai sekarang sequelnya belum nongol jadi film ya? Mudah2an segera dijadiin film, biar gue bisa ngliat Tom lagi di layar kaca.


Alasan yang terakhir adalah Nic Cage. Tapi dibandingin Keanu dan Tom, gue nggak mengenal Nic sebaik keduanya. Belum banyak film yang dibintangi dia yang gue tonton. But anehnya yang sudah gue tonton pasti gue suka yaitu Face Off, Con Air, dan City of Angels.


Dibandingin Keanu Reeves atau Tom Hanks, Nic Cage adalah aktor dengan fisik paling memikat. He’s got a pair of beautiful eyes that can melt you. Waktu gue nonton film drama yang dibintangi Keanu, gue nyaris nggak pernah nangis. Tetapi gue nggak bisa menahan tangis waktu ngliat Nic dengan mata sendunya itu cuma ngomong “I brought something for u, but it’s a little bit dirty” ke anak perempuannya di penghujung film Con Air. Yang dipegangnya adalah boneka kelinci yang udah kotor karena baru diajak ‘berpetualang’ lawan penjahat2 jahat sesama napi. FYI: Con Air adalah film action yang banyak adegan baku tembaknya meski soundtrack-nya lagu How do I Life yang sendu.


Gue juga nangis waktu nonton Face Off dan City of Angels. Kalau City bisa dimaklumi karena genre-nya drama romantis, Face Off itu film action! But, seperti kata gue barusan, Nic punya mata yang luar biasa ‘berbicara’. Dan buat gue, artis yang bisa membuat gue menangis, tersenyum, tertawa, berdecak kagum, trenyuh dalam satu waktu itu artis yang bagus. Minggu-minggu ini semestinya gue nonton film terkini Nic yang judulnya World Trade Center. But karena waktu yang pas keinginan gue masih tertunda. But i will watch it.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Batik Is All Around

Hari Jum'at ini nggak biasa bagi beberapa orang teman gue. Dan semua berhubungan dengan batik. Kemarin malam, seorang teman bela-belain minjem baju batik ke teman yang lain karena batik miliknya sobek. Padahal dari hari sebelumnya batik itu disiapkan untuk hari ini. Yang lain, berusaha matching dengan batik motif Pekalongannya dengan memakai boxer bercorak batik! (no kidding :p) Yang lain, ada yang pasang status YM "silahkan masuk, pengantennya di dalem". Alasannya nggak lain karena seisi ruangan seakan kompak berbatik rapi seperti orang mau kondangan :D. Tadi pagi, seseorang SMS gue dan mengingatkan "jangan lupa pakai batik ya hari ini." Ada banyak teman gue hari ini yang rela berbatik walau biasanya paling enggan berbaju rapi. Demi hari ini, banyak yang rela menanggalkan pakaian kebesarannya ke kantor (baca: jeans dan t-shirt). Ada apa sih? Nggak lain karena hari ini, 2 Oktober 2009, batik akan dikukuhkan sebagai warisan budaya asal Indonesia. Sebelumnya, Pres...

Football (Was) Fun

Lagi pengen mengingat-ingat nih... 1. Ingat-ingat pertama kali menyukai sepakbola.. dulu.. kelas dua smp.. pas piala dunia 1994 di Amrik.. gara-gara nitya.. temen gue yang paling tomboy.. promosinya gini: "nonton bola deh, itali, pemainnya cakep-cakep!" hahaha that final words was the key words.. and it works.. the first time i saw it, im lovin it instantly.. mau tau my first love? pemain itali nomor 8 bernama dino baggio! whoaa.. gara-gara diye hampir tiap akhir pekan gue mantengin sepakbola.. yang ditonton? apalagi kalau bukan liga italia di rcti.. yang dibela? apalagi kalo bukan AC Parma.. masih gara-gara piala dunia, gue mantengin yang namanya liga champions di tahun berikutnya... gak semaniak liga italia sih karena yang main kan klub dari macem2 negara (yang gak semua pemainnya ganteng2 hehehe).. meski gak terlalu menikmati toh gue ngikutin sampe final karena AC Milan nyampe ke partai puncak itu.. 2. nah untuk pertama kalinya sepakbola mbikin perasaan gue gak kar...

Beri Gue Spoilers

Kalau merhatiin aktivitas mp-ers di multiply akhir-akhir ini, banyak deh judul yang menyertakan kata (benda, ya?) spoiler. Maklum, buku ketujuh Harry Potter yang memang buanyak sekali penggemarnya baru Sabtu lalu dilempar ke pasar. Tapi ini bukan mau ngomongin Harpot, tapi soal spoiler dan no-spoiler. Dulu, gue bingung dengan maksud kata itu. Apalagi kalau ada kalimat: Warning! contain spoilers! Emang ada apa dengan spoiler? Setelah membaca-baca banyak review orang, akhirnya taulah gue binatang apa itu spoiler. Ternyata banyak orang yang sebel bin keki kalau membaca review yang di dalemnya ada unsur membocorkan cerita. Tapi kalau gue sih nggak termasuk, karena gue malah selalu menantikan spoiler2 itu! Iya, kalau baca buku kadang sering gue langsung baca bab terakhir supaya tahu saja akhir ceritanya kayak apa. Kalau nonton film, gue hampir selalu baca review-nya dulu (yang ada spoilers-nya lebih baik) atau kalau enggak tanya sama yang udah nonton film yang mau gue tonton. Pokok...