Langsung ke konten utama

From Sequel to Prequel

Pernah nonton Starwars episode 1? Atau Batman Begins? Atau, yang teranyar, Casino Royale? Apa persamaan dari ketiganya? Yup, mereka sama-sama berbentuk prequel. Entah apa definsi yang tepat untuk menjelaskan istilah itu tapi kalau dalam bahasa gue artinya kira-kira awal dari cerita.


Dulu, orang mungkin lebih familiar dengan sequel alias lanjutan. Contohnya ada Scream (1 sampai 3) atau I Know What You Did Last Summer. Sequel intinya melanjutkan yang terjadi di film pertama. Tapi semenjak Starwars Eps 1 keluar entah kenapa banyak banget film-film prequal yang ‘tiba-tiba’ aja luncur.


Sebelum Casino Royale yang gue tonton hari Sabtu kemarin bersama Tim Malam Minggu, setidaknya ada Batman Begins yang juga mengaku sebagai prequel. Dan setelah nonton Casino Royale, gue harus bilang kalau prequel ternyata bukan cuma film yang dibuat2 supaya ada, tapi emang penting untuk ada.


Gue bukan penggemar film-film James Bond. Meski begitu gue familiar betul dengan image Bond selama ini. Tapi begitu ngliat Casino Royale image-nya sebagai laki-laki ganteng yang elegan, playboy, dan pintar langsung buyar.


Phisically, Daniel Craig nggak seganteng Pierce Brosnan. Meskipun cukup gagah kalau bertuxedo dia nggak kelihatan elegan. Dia pun nggak playboy-playboy amat. Kalau biasanya hubungan antara Bond dengan cewek-cewek seksi adalah atas dasar nafsu dan manfaat semata, Bond yang ini beneran jatuh cinta sama seorang rekan kerjanya. Lo seolah-olah ngliat film drama romantis deh ngliat mabuk kepayangnya si Bond sama cewek bernama Vesper Lynd ini.


Soal kepintaran si Bond versi Craig ini juga berbeda level dengan pendahulunya. Bayangin, dia nyerbu kedutaan dengan aksi sok Rambo demi mendapatkan seorang pengebom kelas teri! Belum lagi caranya berkelahi tangan kosong dengan orang lain yang terkesan sadis dan ‘kotor’. Satu-satunya yang masih membuat Craig pantas dibilang Bond adalah karena dia berhasil membawakan attitude khas Bond: sombong-nya pas!


Meskipun agak kaget, gue maklum melihat penggambaran Bond mengingat film ini memang dimaksudkan sebagai prequel. Soalnya Royale adalah novel pertama Ian Fleming yang bertutur soal agen MI6 berkode 007 yang kesohor itu. Itulah sebabnya Bond di Royale belum dilengkapi alat-alat super canggih ala Q –meski dia punya perlengkapan P3K yang dilengkapi alat pacu jantung (!) dan Aston Martin DB5 yang super keren. Lah, Q-nya aja belum nongol di film ini.


Bond juga masih ‘bingung’ dengan minumannya. Waktu ditanya Vodka Martini-nya mau diapain (dikocok atau diaduk) dengan ketus dia njawab ‘does it looked like I give a damn?’. Terlepas dari Bond yang ketika itu lagi bete berat karena baru kehilangan jutaan dollar-nya di meja judi, kalau di film terdahulu Bond biasanya langsung njawab ‘dikocok’.


Sebagai sebuah prequel, Royale lumayan oke. Setidaknya setelah ngliat Bond yang ‘nyeleh’ itu gue jadi penasaran untuk ngliat transformasi dia jadi Bond yang elegan kaya Sean Connery atau Pierce Brosnan di film-film selanjutnya. Tapi Royale bukan prequel terbaik.


Di samping Starwars Eps 3, sejauh ini prequal yang paling oke menurut gue adalah The Godfather 2. Film yang bercerita soal Marlon Brando sebelum jadi mafia itu bahkan boleh dibilang inti dari ceritanya. Kalau film ini nggak dibikin kita mungkin nggak akan ngerti kenapa Al Pacino (anaknya Brando dalam cerita itu) bisa jadi mafia yang nggak mengenal belas kasihan. Michael Corleone (Al’s character) thinks just like his father, but acts in a much ‘brutal’ way. Kayaknya banyak orang juga sependapat sama gue karena yang nomor dua dapat Oscar lebih banyak dibandingin yang nomor 1 dan 3.


So, nonton prequel? Yuk!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Real Madrid: From Treble to Trouble?

Di kantor, nggak sedikit yang tahu kalau gue adalah penggemar berat Real Madrid. Dan nggak cuma sekedar dari cuap-cuap, kadang sering gue juga suka melampiaskan kesukaan gue lewat tulisan. Ini salah satu tulisan gue yang paling lumayan soal El Real. Sayang, ditulisnya pas kondisi Real lagi jelek huhuhu....

Bad Day

ini lagu yang video klipnya bisa bikin senyum.... udah gitu musiknya easy listening... gue banget! Bad Day by Daniel Powter Where is the moment we needed the most You kick up the leaves and the magic is lost They tell me your blue skies fade to grey They tell me your passion's gone away And I don't need no carryin' on You stand in the line just to hit a new low You're faking a smile with the coffee to go You tell me your life's been way off line You're falling to pieces everytime And I don't need no carryin' on Cause you had a bad day You're taking one down You sing a sad song just to turn it around You say you don't know You tell me don't lie You work at a smile and you go for a ride You had a bad day The camera don't lie You're coming back down and you really don't mind You had a bad day You had a bad day Well you need a blue sky holiday The point is they laugh at what you say And I don't need no carryin' on You had a ba...

Taman Nasional Baluran, Merasakan Afrika di Timur Pulau Jawa

Apa yang terlintas di pikiranmu jika mendengar kata padang savana?   Rerumputan? Afrika? hewan liar? Ya, semuanya tidak salah. Tapi nggak perlu jauh-jauh ke Afrika kalau mau lihat rerumputan dan hewan liar, cukup ke Taman Nasional Baluran saja.  TN Baluran terletak di antara Banyuwangi dan Situbondo. Lokasinya sangat mudah dicapai dengan peta, namun hati-hati terlewat ya. Karena hanya ada satu gerbang untuk masuk-keluar di TN Baluran. Lokasi wisata ini dibuka pagi mulai pukul 07.30-16.00 sore saja. Untuk masuk ke kawasan pengunjung hanya dikenakan biaya Rp 16.500/ orang (hari biasa) dan Rp Rp 10.000/ mobil. Namun jika kamu datang pas hari libur, tiketnya menjadi Rp 18.500/ orang.  Apa saja yang bisa dilihat?  Padang savana, yang terkenal sebagai spot foto adalah Savana Bengkol. Julukan TN Baluran sebagai Little Africa of Java paling kerasa hype di spot ini.  Pantai, yang terkenal adalah Pantai Bama. Di sini pasirnya putih dan banyak tempat buat ngaso dan, tentu ...