Langsung ke konten utama

Duh, malunya!

Cowok berkemeja kuning dengan celana pantofel hitam itu sedang berbicara dengan dua orang mekanik di paddock-nya, dari belakang aja sudah kelihatan kalau dia memesona, wajahnya ganteng banget, bodinya kekar dan suaranya berat, when he turn around i feel myself so nervous, geez..... he is Alex Yoong...... cowok yang waktu SMP pernah gue gila-gilai hanya karna secuil fotonya di cover depan Kawanku tempo dulu....

jadilah gue dengan otak kosong, dada deg-degan sangking terpesonanya, nimbrung teman2 dari salah satu koran ternama di Indonesia mewawancarai dia.... pertanyaan pertama lumayan bagus.... bisa dibilang gitu karena dia njawab dengan antusias.... tapi baru satu pertanyaan gue langsung mendapati wawancara ini bakal menjadi wawancara paling malu2in yang pernah gue jalanin...

gara-garanya pertanyaan gue yang bunyinya gini 'is there any difference between today's free practice than yesterday besides the weather' ...... kenapa gue nganggep pertanyaan ini aneh karena setelah mendengarkan dia speechless alias gak bisa ngomong... smbl geleng2 kepala dia bilang 'what do you mean with that q'....

denger pertanyaan dia gue langsung bingung sendiri, masalahnya gue jg gak ngerti mau dibawa pertanyaan gue (halah), waktu otak gue sedang berpikir gmn caranya ngeles, tiba2 temen gue nanya, gue pikir 'ah, there goes my life savior' tapi ternyata pertanyaan dia lbh parah dari punya gue barusan.... dia nanya, 'apakah ada perbedaan antara membalap waktu hujan dengan waktu kering'

OH MY GOD! itu pertanyaan paling sepele yg gue denger...... dan betul aja begitu dengar pertanyaan temen gue dia langsung nanya balik 'are u a motrosport journalist' dengan tampang apa-apaan-sih-ni-wartawan-kok-nanya-pertanyaan-setotol-itu.... dan sangking malunya gue malah ketawa..... sementara temen gue njawab dengan tampang memelas kalau dia wartawan surat kabar harian....

aduuuh, it's the most imbarressing moment in my life, dan setelah itu wawancara gak berjalan seperti yang gue harapkan.... begitu dia tau yang mewawancarai dia adl wartawan2 non-motorsport dia njawab pertanyaan2 kami dengan jawaban standar yang gak layak quote..... haduuu...

untung setelah wawancara berakhir dia masih mau nglayanin foto bareng sambil ngrangkul (sbetulnya itu dia sih yang gue tunggu2 hehehe) aaaahhh, untuk sementara hilang semua rasa malu gue.. and i can smile at the and of the day.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Mantan Atlet

Kalau ngliat nasib mantan atlet di Indonesia, suka prihatin. Gimana nggak? Baca ini deh. Nasib Mantan Atlet Dahulu Jaya, Kini Merana Meliyanti Setyorini - detiksport Sukarna (Detiksport/Meliyanti) Jakarta - Wajar jika atlet tidak menjadi profesi yang populer di Indonesia. Bagaimana tidak jika profesi ini tidak menjanjikan masa depan yang cerah. Untung pemerintah sudah mulai peduli. Sukarna, Surya Lesmana, Budi Kurniawan dan Nico Thomas adalah para mantan atlet yang pernah berjaya di masa mudanya. Sukarna merupakan peraih medali perunggu cabang lempar lembing di Asian Games 1958 di Jepang. Surya Lesmana merupakan mantan pesepakbola top yang pernah wara-wiri di tim "Merah Putih" era 1963-1972. Prestasinya antara lain, juara Merdeka Games tahun 1968, Kings Cup di Bangkok tahun 1969 serta Lions Cup di Singapura pada tahun 1970. Budi Setiawan pun pernah mengharumkan bangsa di luar negeri. Dia tercatat sebagai juara dunia tae kwon ...

Capello

Dari banyak pelatih sepakbola ngetop di dunia ini, Fabio Capello mungkin layak disebut sosok yang paling kontroversial. Biar banyak menuai kecaman, dia tetaplah pelatih hebat dengan segudang prestasi

A Thousand Splendid Suns

Rating: ★★★★ Category: Books Genre: Literature & Fiction Author: Khaled Hosseini Membaca hobi yang cukup lama gue tinggalkan karena lebih sibuk menonton film. A Thousand Splendid Suns adalah novel tebal pertama yang bikin gue akan kembali betah “berteman” dengan buku. Novel ini sebagian besar mengambil setting di Kabul, ibukota Afghanistan yang pernah porak-poranda karena konflik berkepanjangan. Oleh seorang penyair Afghan, Kabul digambarkan begitu indah. “Siapapun tidak akan bisa menghitung bulan-bulan yang berpendar di atas atapnya, ataupun seribu mentari surga yang bersembunyi di balik dindingnya,” kata Saib-e-Tabrizi. Namun bagi Mariam dan Laila, Kabul tidak selalu seindah itu. Mariam adalah seorang perempuan yang dihasilkan dari hubungan terlarang. Tidak mendapatkan pengakuan dari ayah kandungnya dan menerima pelecehan dari ibu kandungnya, Mariam nyaris menjadi perempuan yang tak mengenal cinta tanpa pamrih. Laila sebaliknya. Dia adalah perempuan enerjik yang besar diantara or...