Search This Blog

Monday, February 25, 2008

That's What Friends Are for

Kata Icha Rahmanti di chicklit "Beauty Case", bacalah testimonial Friendster jika kamu merasa butuh suntikan semangat.

Gue bukannya lagi sedih, tapi inspirasi datang setelah kemarin ketemu Tania dan secara iseng melihat testimonial2 FS yang telah lalu.

Begini testimonial Tancuy yang ditulis lebih tiga tahun yang lalu tentang gue:

""Pertama kali kesan gue waktu kenal dia di UI tuh anaknya kayaknya ringkih.. maklum, udah kurus, udah gitu pas awal masa orientasi ga muncul berhari-hari karena sakit.. jadi baru keliatan   batang idungnya pas udah mau selese masa orientasi 1 minggu.. hehehe! Trus, kita b2 pokonya selalu bersama2 ya cuy.. dimana ada melly, disitu biasanya ada tania.. Paling sejalan d dlm banyak hal; pola pikirnya, orientasi hidupnya, ampe seleranya baik dalam bidang olahraga, musik, maupun masalah lawan jenis.. hehehe! tempat asik untuk bercurhat2an dan bergalaunisasi, soalnya kita ga bakal ember ya cuy.. paling ketawa2 dan bsedih2 ria b2 ya.. hehehe! makanya, saking seringnya terlihat b2, kita jadi dipanggil dengan panggilan yang sama ya cuy.. masuk bareng, lulus  bareng, ampe jomblopun bareng.. ;p parah d pokonya!! nice to have u as my friend CUY!""

Garis bawahi kalimat masuk bareng, dst. Karena sebentar lagi dia akan memasuki fase kehidupan yang baru. You'll be leaving me, cuy!

Anyway, setelah ngobrol ngalor-ngidul terbuka pulak pikiran gue tentang satu hal. Thanks :). Meminjam kata2 Putri pagi kemarin, "That's what friends are for", ya!

Sunday, February 3, 2008

Konser Yang Lain

Gue dapet tiket gratisan nonton konser My Chemical Romance, Kamis (31/1/2008). Supaya enggak bego-bego banget, apalagi gue harus nemenin pemenang kuis detikforum di konser tersebut, mulailah gue browsing di internet guna mencari tahu mahluk apakah itu MCR. Selain itu gue juga nyari referensi dari adik gue yang, ternyata, punya album pertamanya band asal New Jersey itu.

 

Dari satu album, gue sudah bisa mengambil kesimpulan bahwa MCR adalah band jaman sekarang yang menjual musik yang memekakkan telinga dan tampang2 keren personilnya. Musiknya memang rock yang kenceng. Sedikit mengingatkan gue dengan Greenday jaman album Dookie, walau liriknya lebih vulgar mengutuk kehidupan.

 

Secara terakhir gue nonton konser kerennya Muse, maka di kepala ini mindset gue pun udah ke Matt Bellamy cs. Apalagi harga tiket festival-nya setali tiga uang. Tapi sejak menginjakkan kaki di dalem lokasi konser gue dah punya feeling konsernya gak bakal menyamai Muse. Herannya, tuw konser tiketnya sold-out. Seorang mahasiswa, temannya pemenang kuis detikforum yang beruntung gue kasih tiket sisa secara cuma-cuma, juga ngakuin kalo di calo aja tiket udah abis!

 

Well, mari kembali ke konsernya. Harus gue akui walau dua harian dengerin satu albumnya gue tetep gak mudheng sama lagu2 MCR. Lagu pertama bengong, kedua masih bengong, baru di lagu ketiga vokalisnya, Gerrard Way, nyanyiin lagu yang familiar: I’m Not Okay. Lumayan komat-kamit, lah ini mulut.

 

Di pertengahan konser, gue dibuat kaget ngedenger salah satu lagu mereka yang, kata vokalisnya, tidak masuk ke album2 mereka karena tidak ada tempat. Judulnya Kill All Your Friend. Parah!

 

Herannya walaupun secara lirik sangat “gelap”, tapi banyak bener ABG yang datang ke JCC Plenary Hall malam itu. Waktu gue lagi makan malam gue sempat ngobrol2 sama seorang ibu yang rela antar-jemput anaknya yang baru kelas 2 SMP ke Senayan. Itu cuman satu contoh, karena malam itu ABG2 yang berseliweran bener2 nggak keitung dengan jari. I wonder, tuw ibu dan pengantar2 lainnya, tau nggak, ya, musik dan band model apa yang digandrungi anak2nya?!

 

Anyway, walaupun gak begitu sreg secara musik, tapi harus gue akui stage act-nya MCR lumayan. Tidak mengecewakan. Semua personel main maksimal, walaupun vokalisnya tetep paling menonjol. Staminanya oke, ditandai dengan nggak ada seret2nya dia nyanyi walaupun harus teriak2 sepanjang pertunjukan.

 

Dan lighting-nya keren. Paling tidak terlupakan di lagu Cancer, salah satu lagu yang cukup ramah di telinga ini. Gerrard seperti “dewa” akibat efek lampu yang menyorot sosoknya dari lantai panggung. Very-very nice.

 

Sayang, secara gue nonton dari area festival belakang, gue liat stage act mereka kurang mendapatkan feed back dari penonton. Untuk sebuah tontonan dimana vokalisnya udah maksimal, penontonnya menurut gue rada “dingin”. Heboh kalo lagu yang familiar doang. Kayaknya cuma sebagian kecil doang yang bener2 fanatik sama band ini.

 

Dari 21 lagu yang dibawain MCR malam itu, total, gue cuma familiar dengan tiga lagu (doang). Selain I’m Not Okay, ada lagi Helena dan Welcome to the Black Parade. Selebihnya, clueless. Cancer pun baru gue tahu setelah bertanya ke teman sehari setelah konser tersebut. Kalo nggak gratisan, hampir mustahil gue tonton itu band.

 

Maka kalau gue harus memberi rating, konser MCR cukup dengan rating tiga bintang saja, walau kata penggemar berat MCR, “500 ribu worthed, kok”. Yah, selera orang memang beda2, ya....