Search This Blog

Sunday, December 24, 2006

Perut, oh, Perut

Akhir2 ini gue lagi resah gelisah melihat kondisi perut gue. Bukan apa2, duluu, gue gak pernah bermasalah dengan bagian yang satu ini. Gimana enggak kalo berat badan gue gak pernah melebihi angka 40 kg.

Tapi setelah kerja, tahu makanan enak, doyan jalan-jalan hingga membuat bodi capek (dan efeknya makan buanyak) badan gue menggemuk. Kenaikan beratnya pun signifikan: 5 kg! Kalau yang menggemuk rata sih gak masalah, nah ini, bagian perut doang! maleees banget nggak siih!

Sebetulnya udah setengah tahun terakhir ini gue menyadari perut gue makin membuncit.  Tapi baru dua bulan terakhir gue merasakan dampaknya pada diri gue sendiri dan orang2 lain yang kebetulan sering memperhatikan penampilan gue.

Salah satu dampaknya terjadi bulan November lalu waktu gue dan keluarga mo ke pesta pernikahan anak teman ayah di Bogor. Waktu itu gue mutusin pake kebaya broken white dan rok yang udah jadi pasangannya. Seinget gue, waktu masih langsing (ehm hehehe)  itu rok PAS banget di pinggang gue. Nggak kegedean apalagi kekecilan. Tetapi pas malem itu gue coba kok gak bisa dinaikin resletingnya. Huaaaa…..

Waktu itu gue sempet berpikir: "Masa sih gue segemuk itu? ini bikinnya kan belum setahun?!," pikir gue. Jadi dengan sedikit usaha (nahan napas pas narik resletingnya hehe) gue cuek aja pake rok itu. Tapi benar saja. Bencana terjadi (untungnya) setelah pesta pernikahan itu. Waktu gue baru selesai buang air kecil, resletingnya macet! Parahnya kali ini for good! Halah! untung kebaya gue lumayan panjang jadi "buka-bukannya" gak keliatan banget. Untungnya lagi, gue baru ke toiletnya setelah mo pulang.

Tapi yang gue heran, kejadian itu nggak membuat gue lebih merhatiin perut gue. Padahal ibu yang selalu nyela-nyela tiap tidak sengaja ngliat perut buncit gue. Nah baru setelah teman sekantor berkomentar, gue beneran concern untuk mengecilkan perut ini. Ceritanya waktu lagi serius ngetik, tiba2 si Epi yang sedang berdiri di dekat meja gue nyeletuk "Wah, Mel, kecil2 (badannya) kok perutnya buncit." Panik gak sih lo kalo digituin? Kalo gue sih panik.

Dan sekarang gue pun giat menyortir artikel2 tentang mengecilkan perut. Kiat-kiat ini kayanya patut dicoba. Wish me luck!

Tuesday, December 19, 2006

Cannavaro: Simply The Best

Juara liga bersama Juventus, walau belakangan dicopot karena skandal suap, juara dunia bersama Italia, pindah ke klub terkaya dunia Real Madrid, pemain terbaik Eropa, pemain terbaik dunia versi World Soccer dan puncaknya pemain terbaik dunia versi FIFA. Fabio Cannavaro is simply the best!

Sunday, December 17, 2006

Benigni

Dari banyak sutradara film yang ada di dunia, Roberto Benigni adalah salah satu favorit gue. Kenapa? Karena film-filmnya karyanya selalu gue suka. Memang baru dua, tapi emang baru dua itu yang tayang di negeri ini.


Kenapa gue suka film-filmnya Benigni? Sebabnya banyak.


Pertama, karena film-filmnya selalu didasari atas realitas sejarah. Di film Life is Beautiful gue menyaksikan kegetiran yang harus dihadapi rakyat Italia utamanya keturunan Yahudi waktu negeri itu dikuasai oleh fasisme. Di film Tiger and The Snow gue disuguhkan dengan realita penderitaan yang dialami rakyat Irak gara-gara invasi AS. Negeri yang tadinya tentram dan gue yakin indah itu dalam sekejap menjadi neraka buat penghuninya. Oh, AS memang kejam.


Realitas sejarah yang digambarkan Benigni selalu yang tragis-tragis. Namun ia menggambarkannya secara humoris. Itu menjadi alasan kedua menyukai karya-karyanya Benigni.


Di Life is Beautiful, gue tertawa (sambil menangis di adegan tertentu) melihat usaha sang tokoh utama membuat anak lelakinya ‘betah’ di kamp konsentrasi NAZI dengan membuatnya layaknya sebuah permainan.  Di Tiger and The Snow, gue dibuat tertawa ngliat kegigihan (dan keberuntungan) sang tokoh utama sewaktu menyelamatkan nyawa perempuan yang dicintainya di daerah konflik seperti Irak.


Walau kental dengan humor, Benigni tidak pernah memaksakan filmnya berakhir happy. Itu yang membedakannya dengan kebanyakan film Hollywood yang didasari realitas sejarah juga.


Di Life is Beautiful, gue menangis sesenggukan melihat akhir tragis sang tokoh utama yang tewas di ujung senjata pengawas kamp konsentrasi. Padahal dia cuma sejengkal lagi dari akhir penderitaan di kamp konsentrasi.  Sementara Tiger and The Snow boleh dibilang berakhir happy. Tetapi tetap ada seorang tokoh sentral yang meninggal secara tragis: bunuh diri karena alasan yang sayangnya sungguh sangat nggak jelas dan menjadi handicap film ini.


Last but not least, alasan gue mencintai karya-karya Benigni adalah karena dia selalu menyinggung budaya Italia. Maklum, segala macam film mafia (yang buatan Hollywood sekalipun) aja gue doyan, gimana karya-karyanya Benigni yang dibikin dari perspektif orang Italia asli.


Apalagi dialognya bertutur dalam bahasa Italia. My confession: diantara banyak bahasa di dunia gue berambisi untuk mengerti bahasa ibunya Fabio Cannavaro. Yah, siapa tahu kalau ketemu Cannavaro suatu hari nanti bisa bilang ‘I love U’ yang dimengerti dia huehehehe.  

Jealousy

Oh how wrong can you be?
Oh to fall in love
Was my very first mistake
How was I to know
I was far too much in love too see?
Oh jealousy look at me now
Jealousy you got me somehow
You gave me no warning
Took me by surprise
Jealousy you led me on
You couldn’t lose you couldn’t fail
You had suspicion on my trail



How how how all my jealousy
I wasn’t man enough to let you hurt my pride
Now I’m only left with my own jealousy



Oh how strong can you be
With matters of the heart?
Life is much too short
To while away with tears
If only you could see
Just what you do to me
Oh jealousy you tripped me up
Jealousy you brought me down
You bring me sorrow you cause me pain
Jealousy when will you let go?
Gotta hold of my possessive mind
Turned me into a jealous guy



How how how all my jealousy
I wasn’t mad enough to let you hurt my pride
Now I’m only left with my own jealousy
But now it matters not
If I should live or die
‘Cause I’m only left with my own jealousy


 *by Queen*

Thursday, December 14, 2006

Poligami


Poligami lagi topik yang hangat banget akhir2 ini. Gara2nya dai kondang yang jadi panutan banyak orang (Aa Gym) memutuskan untuk beristri lagi. Ibu2 pada dongkol, sementara bapak2 kegirangan. Konon, ibu Ani Yudhoyono sampai kelimpungan dan nyuruh suaminya untuk merevisi UU Pernikahan dengan memasukkan (atau merevisi?) pasal soal poligami.


Emang segitu menakutkannya poligami? Buat yang sudah berkeluarga, apalagi para istri, mungkin begitu. Buktinya gak sedikit perceraian yang terjadi gara-gara istri gak mau diduain. Kalau nggak percaya tanya saja Dewi Yull, penyanyi tempo dulu itu. Kalau gue? sikap gue tergambar dari obrolan dengan sohib gue di YM:



Gue: eh udah liat istri aa gym yang baru?
Iyang: udah

Iyang: cakep ya
Gue: iya
Gue: pantesan aa gym kesengsem
Iyang: hahhahah
Gue: emak gue yang ngomel2 gitu tiap nonton beritanya
Gue: ibu2 pasti pada resah tu
Iyang: heeh
Iyang: ada nyang nangis
Iyang: kalo gw seh ya biar aja lah
Iyang:
kan aa juga manusia
Gue:
bagusan dia lah ngomong kalo punya istri lebih dari satu
Gue: ngak kaya yang laen
Iyang: heeh
Gue: sok monogami padahal poligami
Iyang: minta maap pulak
Iyang: hebat kan
Iyang: padahal dia gak salah
Gue: iya lah
Iyang: pake minta maap
Gue: dia ngrasa gak enak karena dia kan panutan
Iyang: heeh
Iyang: lagian mending poligamy
Iyang: drpada jinah
Gue: iya sih
Gue: tapi kasian istrinya
Iyang: ya istrinya udah rela
Gue: memang dunia ini tidak adil
Iyang: iya
Gue: ya rela kan di luarnya dalemnya siapa tahu
Iyang: manuasia gak ada yg sempurna
Gue: katanya aa laki2 itu kodratnya sebetulnya poligami bukan monogami
Gue: ngeri banget yak
Iyang: masa?
Gue: eh bukan kodrat apaan gitu istlahnya
Iyang: dia ngomong gt
Iyang: hahahha
Iyang: kalo dia ngomong gt gw gak setuju
Iyang: masak kodrat
Iyang: kesian wanita lah
Gue: ya pokoknya dia bilang semua laki itu punya keinginan poligami sebetulnya, cuman jadi apa enggaknya itu ya tergantung
Iyang: kalo itu mungkin
Iyang: ya lo tau dong laku
Gue: iya
Iyang: gak bisa liat jidat licin dikit
Gue: mana jumlahnya lebih banyak dari pere
Iyang: yeee
Iyang: banyakan pere
Gue: eh salah
Gue: iya maksupnya gitu
Iyang: 1 banding 5
Iyang: nah wajar kan
Iyang: 1 suami 5 istri
Gue: buset
Gue: lo setuju poligami gt cooy?
Iyang: gak
Iyang: biasa aja seh
Iyang: kan di bilangnya "boleh punya istri lebih dr satu asal adil"
Iyang: nah bisa adil gak?
Gue: iya
Iyang: lagian adil itu relatif
Gue: tapi seadil2nya pasti ada gak adilnya
Iyang: yoi
Gue: manusia gak ada yg sempurna
Iyang: dr ketidak sempurnaannya itu kita kudu berpikir….



Mudah2an ada banyak laki-laki yang punya pikiran kayak temen gue ini, hidup Yangki! (he he he bisa kegeeran nih dia kalo baca…..)




 



 

Friday, December 1, 2006

Tentang Game

Game alias permainan buat sebagian orang adalah candu. Kalau dah nyoba, apalagi sampai penasaran, yang ada mau nyoba dan nyoba lagi. Kalau udah menang — namanya permainan pasti ada menang dan kalah –rasanya selangit banget.

Gue sendiri jauh lebih menyukai baca, dengar musik, atau nonton bioskop daripada main game. Tapi pernah juga sekali dua kali sampe ketagihan meski gak sampe kronis.

Game pertama yang gue inget bikin gue ketagihan adalah game ‘Super Mario Bros’ di Nintendo (kalau anak-anak jaman sekarang udah memasuki era PS3, sampe sekarang gue cuma pernah main Nintendo pas jaman jadul banget. Jadi kebayang kan betapa ketinggalannya gue dalam hal per-game-an?!)

Anyway, tahu dong Mario Bros ? Baik di serial maupun di game-nya kartun itu punya tokoh utama bernama Mario. Dia digambarkan bertubuh pendek, bulat, berkumis, dan demen pake jumpsuit merah plus topi warna senada. Ceritanya dia berprofesi sebagai tukang ledeng. Si Mario itu punya kakak namanya Luigi. Dia juga tukang ledeng. Tapi beda dengan Mario, tubuh Luigi langsing, tinggi dan suka pake jumpsuit warna hijau.

Tiap minggu serialnya sendiri bercerita soal petualangan Mario dan Luigi di negeri jamur. Nah, mirip dengan serialnya, permainan ‘Mario Bros’ di Nintendo juga mengetengahkan petualangan Mario dan Luigi menghadapi para jamur jahat dan menyelamatkan sang putri jamur.

Kalau udah main game itu, bisa lupa waktu. Apalagi ada Mas Yoyok yang jadi ‘partner in crime’. Kayanya brentinya kalau Mama udah teriak-teriak karena televisi nggak bisa ditonton dan jadi panas he he he.

Selain ‘Super Mario Bros’, game yang lain praktis gak gue begitu kenal. Jaman kuliah, gue bahkan suka bingung ngliat beberapa teman cowok yang ngriung di depan komputer sambil ngutak-ngatik nama-nama pemain di sebuah tim sepakbola. Lucunya, mereka cuman ngutak-ngutik aja terus sisanya ngliatin layar kompie sambil teriak-teriak kalau ada gol. Belakangan gue tahu kalo itu game yang ngetop banget yang namanya ‘Championship Manager’.

Dari sekedar tahu, gue pernah juga sih diajarin main sama temen kantor. Katanya Pandit, “Buat wartawan sepakbola, bisa main CM itu penting.” But I don’t see the fun side of it. Padahal banyak orang yang masih kecanduan dan selalu menunggu versi terbarunya CM.

Seiring dengan perkembangan jaman, selain dengan media televisi atau komputer, game juga bisa dinikmati di media lain yang lebih compact. Contohnnya aja dengan handphone. Asyiknya, game yang dimainin di HP sama dengan yang dimainin lewat komputer. Meski nggak semua bisa sih. Anyway, lewat HP sekarang gue lagi ketagihan nge-game.

Nama permainannya ‘Midnight Pool’. Sebetulnya pada kehidupan nyata gue nggak bisa main biliar. Tapi sekedar pengen tahu istilah-istilah dalam permainan ini, gue jadi iseng aja nyobain.

Dari sekedar pengen tahu istilah, gue jadi menikmati. Rasanya seneng banget gitu disambut penonton setelah ngebuat ‘combo shot’ atau ‘bank shot’, atau dipuji dengan kalimat-kalimat seperti ‘You’ve got game’ atau ‘It’s a player like you that attracts the audience’ setelah nglahin komputer dengan kemampuan mulai dari rookie sampe profesional. Hey, in a real life, how could I do a bank shot?!

Pernah, saking larutnya waktu main ‘Midnight Pool’ gue batal tidur siang gara-gara kepenasaranan gue dengan seorang komputer cewek bernama ‘Jenny’. Man, dia jago banget! Padahal waktu itu gue harus tidur karena baru pulang pagi. Dasar Jenny! Untung sekarang lo udah bisa gue kalahain ho ho ho!

‘Midnight Pool’ sekarang sedang jadi teman yang menyenangkan di kala gue sedang berbengong ria. Meski, tetep, gue masih punya musuh-musuh yang alot dikalahin. Tapi satu hal yang membuat main game itu asyik, kalau kita kalah tinggal ngulang dan ngulang lagi sampe menang he he he.

Monday, November 20, 2006

From Sequel to Prequel

Pernah nonton Starwars episode 1? Atau Batman Begins? Atau, yang teranyar, Casino Royale? Apa persamaan dari ketiganya? Yup, mereka sama-sama berbentuk prequel. Entah apa definsi yang tepat untuk menjelaskan istilah itu tapi kalau dalam bahasa gue artinya kira-kira awal dari cerita.


Dulu, orang mungkin lebih familiar dengan sequel alias lanjutan. Contohnya ada Scream (1 sampai 3) atau I Know What You Did Last Summer. Sequel intinya melanjutkan yang terjadi di film pertama. Tapi semenjak Starwars Eps 1 keluar entah kenapa banyak banget film-film prequal yang ‘tiba-tiba’ aja luncur.


Sebelum Casino Royale yang gue tonton hari Sabtu kemarin bersama Tim Malam Minggu, setidaknya ada Batman Begins yang juga mengaku sebagai prequel. Dan setelah nonton Casino Royale, gue harus bilang kalau prequel ternyata bukan cuma film yang dibuat2 supaya ada, tapi emang penting untuk ada.


Gue bukan penggemar film-film James Bond. Meski begitu gue familiar betul dengan image Bond selama ini. Tapi begitu ngliat Casino Royale image-nya sebagai laki-laki ganteng yang elegan, playboy, dan pintar langsung buyar.


Phisically, Daniel Craig nggak seganteng Pierce Brosnan. Meskipun cukup gagah kalau bertuxedo dia nggak kelihatan elegan. Dia pun nggak playboy-playboy amat. Kalau biasanya hubungan antara Bond dengan cewek-cewek seksi adalah atas dasar nafsu dan manfaat semata, Bond yang ini beneran jatuh cinta sama seorang rekan kerjanya. Lo seolah-olah ngliat film drama romantis deh ngliat mabuk kepayangnya si Bond sama cewek bernama Vesper Lynd ini.


Soal kepintaran si Bond versi Craig ini juga berbeda level dengan pendahulunya. Bayangin, dia nyerbu kedutaan dengan aksi sok Rambo demi mendapatkan seorang pengebom kelas teri! Belum lagi caranya berkelahi tangan kosong dengan orang lain yang terkesan sadis dan ‘kotor’. Satu-satunya yang masih membuat Craig pantas dibilang Bond adalah karena dia berhasil membawakan attitude khas Bond: sombong-nya pas!


Meskipun agak kaget, gue maklum melihat penggambaran Bond mengingat film ini memang dimaksudkan sebagai prequel. Soalnya Royale adalah novel pertama Ian Fleming yang bertutur soal agen MI6 berkode 007 yang kesohor itu. Itulah sebabnya Bond di Royale belum dilengkapi alat-alat super canggih ala Q –meski dia punya perlengkapan P3K yang dilengkapi alat pacu jantung (!) dan Aston Martin DB5 yang super keren. Lah, Q-nya aja belum nongol di film ini.


Bond juga masih ‘bingung’ dengan minumannya. Waktu ditanya Vodka Martini-nya mau diapain (dikocok atau diaduk) dengan ketus dia njawab ‘does it looked like I give a damn?’. Terlepas dari Bond yang ketika itu lagi bete berat karena baru kehilangan jutaan dollar-nya di meja judi, kalau di film terdahulu Bond biasanya langsung njawab ‘dikocok’.


Sebagai sebuah prequel, Royale lumayan oke. Setidaknya setelah ngliat Bond yang ‘nyeleh’ itu gue jadi penasaran untuk ngliat transformasi dia jadi Bond yang elegan kaya Sean Connery atau Pierce Brosnan di film-film selanjutnya. Tapi Royale bukan prequel terbaik.


Di samping Starwars Eps 3, sejauh ini prequal yang paling oke menurut gue adalah The Godfather 2. Film yang bercerita soal Marlon Brando sebelum jadi mafia itu bahkan boleh dibilang inti dari ceritanya. Kalau film ini nggak dibikin kita mungkin nggak akan ngerti kenapa Al Pacino (anaknya Brando dalam cerita itu) bisa jadi mafia yang nggak mengenal belas kasihan. Michael Corleone (Al’s character) thinks just like his father, but acts in a much ‘brutal’ way. Kayaknya banyak orang juga sependapat sama gue karena yang nomor dua dapat Oscar lebih banyak dibandingin yang nomor 1 dan 3.


So, nonton prequel? Yuk!

3 Reasons

Gue bukan movie buff, tapi kalau yang main adalah aktor favorit, gue pasti berusaha untuk nonton filmnya. Dari banyak aktor yang ada di dunia ini ada tiga orang yang membuat gue rela mengeluarkan effort buat nonton film mereka. Tiga orang yang jadi alasan gue suka nonton film adalah Keanu Reeves, Tom Hanks, dan Nicholas Cage.


‘Perkenalan’ gue dengan Keanu terjadi tahun 1990-an. Waktu itu namanya baru booming gara-gara film Speed yang kesohor itu. Kalau dihitung-hitung mungkin ada lebih lima kali gue nonton Speed. Tapi tiap kali habis nonton, gue nggak pernah bosen dengan Keanu. Gentlemen yang ganteng dan gagah itu pun jadi sosok cowok ideal yang gue impi-impikan hadir di kehidupan nyata.


Saking sukanya sama Keanu dulu gue bahkan doyan mengkliping segala hal soal dirinya. Puncaknya, waktu Mas Yoyok ke Australia gue dapet oleh-oleh majalah-semi-biografi Keanu yang bercerita soal dia dari masih kecil sampai sukses gara-gara Speed. Oleh-oleh yang istimewa itu masih gue simpen dengan baik sampai sekarang dan masih gue baca kalau lagi kangen sama Keanu he he he.


Sayang, abis Speed sosok Keanu tenggelam dalam film aneh-aneh yang membuat gue il-feel. Mungkin hanya di film A Walk in The Clouds, Keanu yang kala itu berubah jadi sosok tentara lembut yang penyayang yang membuat gue agak tertarik lagi dengan Keanu. Tapi itu pun gue nonton di televisi.


Not until The Matrix (Reloaded, Revolutions) gue tergila-gila lagi dengan Keanu. Waktu Matrix pertama muncul gue masih nonton via VCD. Kenapa? Karena gue nggak siap nonton film futuristic kayak gitu. You know lah sebelumnya gue HANYA mau nonton film drama di bioskop. Betul saja, gue harus nonton dua kali sebelum ngerti apa itu The Matrix. Ceritanya sebetulnya absurd, tapi Keanu membuatnya jadi keren. I love it!


Waktu Reloaded keluar beberapa tahun setelah film pertamanya, gue pun antusias buat nonton. Gue inget nonton Reloaded sama alumnae 2-3 waktu film itu baru beberapa hari keluar. Telpon punya telpon di mana-mana tiketnya dah habis, dan kita pun coba-coba ngacir ke Kalibata 21 (yang terdekat dari rumah Ria, ‘base camp’ kita waktu itu). Karena nyaris kehabisan, kita rela ngambil duduk di baris terdepan! Can u imagine hampir dua jam nonton sambil ndongak ke arah layar? Pegel banget! Untung filmnya jauh lebih menarik dibandingkan yang pertama. Nggak percuma.


Timing nonton Revolutions nggak sedramatis Reloaded. Kalau nggak salah gue nonton sama Wiwi –fellow Keanu lovers he he he. Film yang antiklimaks karena makin nggak make sense (Masa Neo jadi bisa terbang? ini film Matrix apa Superman?). Gue pun bersyukur karena trilogi sudah berakhir.


O ya, setelah The Matrix, Keanu sempat muncul di Something’s Gotta Give. Di situ dia berperan jadi dokter yang naksir sama aktris utama (Diane Keaton if im not mistaken) yang umurnya lebih tua. Would u believe if I said that awalnya gue nonton film itu cuma karena pengen ngliat Keanu yang tampil sebagai pemeran pembantu? Pengorbanan gue adalah gue rela nonton sendirian. But it’s worth it! Keanu dan filmnya sendiri bagus banget. Film itu sekarang jadi salah satu favorit gue sepanjang masa.


Film Keanu terakhir yang gue tonton di bioskop adalah Lake House tahun ini juga. Seperti kembali melihat Speed, I love him once more. Apalagi lawan mainnya waktu itu Sandra Bullock –lawan mainnya di Speed. Meski kali ini Keanu nggak botak lagi, nggak lagi lari dengan kencang, nggak lagi nyelametin orang-orang, he’s still as charming as he is in Speed.


Beranjak ke aktor kedua, Tom Hanks. Berbeda dengan Keanu, gue baru doyan Tom Hanks setelah nonton beberapa filmnya. Memang gue terkesan waktu dia main di Forrest Gump, tapi baru di Sleapless in Seattle gue baru melihat dia sebagai aktor yang luar biasa. Dia bisa memerankan orang blo’on, orang pintar, jadi komedian, jadi heartthrob.


Forrest Gump dah beberapa kali gue tonton. Tapi gue nggak ingat sama sekali kapan atau dimana pertama kali ngliatnya. But gue cinta banget sama film itu. Forrest Gump adalah film yang sarat makna, menyentuh, meski ada beberapa bagian yang gak masuk akal. Dibandingin filmnya Keanu, mungkin lebih banyak film Tom yang gue tonton. Forrest Gump, Sleapless in Seattle, Saving Private Ryan, Road to Perdition, You’ve Got Mail, Cast Away adalah beberapa film yang masih gue inget jalan ceritanya.


Film terakhir Tom yang gue tonton di bioskop adalah The Terminal. Udah lama banget tuh, waktu masih kuliah. Tom di situ jadi imigran asal negara antah berantah yang stuck di bandara JFK karena negaranya tiba-tiba nggak diakui kedaulatannya sama AS. Cerita film drama komedi romantis ini unik. Sayang, lawan main Tom nggak oke. Antara Tom-Catherine Zeta Jones nggak ada chemistry yang membuat gue trenyuh.


Gue pernah baca buku Forrest Gump 2. Buku itu bercerita mengenai hidup Gump dan anaknya pasca kematian Jenny. Tapi kok sampai sekarang sequelnya belum nongol jadi film ya? Mudah2an segera dijadiin film, biar gue bisa ngliat Tom lagi di layar kaca.


Alasan yang terakhir adalah Nic Cage. Tapi dibandingin Keanu dan Tom, gue nggak mengenal Nic sebaik keduanya. Belum banyak film yang dibintangi dia yang gue tonton. But anehnya yang sudah gue tonton pasti gue suka yaitu Face Off, Con Air, dan City of Angels.


Dibandingin Keanu Reeves atau Tom Hanks, Nic Cage adalah aktor dengan fisik paling memikat. He’s got a pair of beautiful eyes that can melt you. Waktu gue nonton film drama yang dibintangi Keanu, gue nyaris nggak pernah nangis. Tetapi gue nggak bisa menahan tangis waktu ngliat Nic dengan mata sendunya itu cuma ngomong “I brought something for u, but it’s a little bit dirty” ke anak perempuannya di penghujung film Con Air. Yang dipegangnya adalah boneka kelinci yang udah kotor karena baru diajak ‘berpetualang’ lawan penjahat2 jahat sesama napi. FYI: Con Air adalah film action yang banyak adegan baku tembaknya meski soundtrack-nya lagu How do I Life yang sendu.


Gue juga nangis waktu nonton Face Off dan City of Angels. Kalau City bisa dimaklumi karena genre-nya drama romantis, Face Off itu film action! But, seperti kata gue barusan, Nic punya mata yang luar biasa ‘berbicara’. Dan buat gue, artis yang bisa membuat gue menangis, tersenyum, tertawa, berdecak kagum, trenyuh dalam satu waktu itu artis yang bagus. Minggu-minggu ini semestinya gue nonton film terkini Nic yang judulnya World Trade Center. But karena waktu yang pas keinginan gue masih tertunda. But i will watch it.

Monday, November 6, 2006

Being a Gentleman: Is it Hard?

Kata tokoh Adam di film 'Blast from The Past', gentlemen adalah ‘orang-orang yang mampu membuat orang di sekitarnya nyaman’, Adam di film tersebut me-refer pernyataannya untuk seorang tokoh gay di film tersebut. Jadi, meski gay, ia pantas disebut gentlemen karena sikapnya yang begitu menyenangkan

Di kehidupan nyata, apalagi di Jakarta, cukup sulit menemukan gentlemen seperti definisi Adam. Contoh gampangnya kalau kita naik kendaraan umum saja. Nggak jarang di kendaraan umum gue ngliat betapa banyak banget orang (laki-laki, anak muda) yang sulit sekali memberikan tempat duduk untuk orang tua, ibu hamil, perempuan bawa anak, atau golongan lain yang semestinya dapat duduk. Tapi di suatu pagi gue menemukan seorang gentlemen dalam diri seorang ibu paruh baya.

Kopaja yang biasa gue tumpangi dari Cilandak ke kantor pagi itu cukup padat, but I’m lucky to find a gentlemen that offered me a seat. Beberapa meter kemudian si gentlemen itu kemudian dapat tempat duduk lagi, dan ia duduk, sebentar, sebelum seorang ibu paruh baya masuk dan ia kembali berdiri untuk memberi tempat.

Yang bikin gue tertegun, si ibu, yang baru berapa detik duduk itu, langsung berdiri lagi begitu dia ngliat ibu-ibu yang (kelihatannya) lebih tua dari dia masuk ke kopaja. “Duduk bu,” katanya. Geez, gue sebagai anak muda malu banget ngliatnya. Gue pikir dia nglakuin itu karena sudah mau turun, tapi ternyata sampai gue turun di depan kantor, she’s still standing there.

Kalau di atas kendaraan umum gue akui kadang-kadang saja gue bisa berlaku seperti si ibu paruh baya itu. Satu hari di MRT di S’pore gue bisa rela memberikan tempat buat rombongan ibu-ibu baru dateng, meski sudah dapat duduk setelah menghabiskan satu jam berdiri di atas MRT yang padat. Tetapi sekali waktu di kereta api Bangkok-Ayuthaya, gue sulit memberikan tempat buat pasangan kakek-nenek. 

Tapi pernah satu kali gue kecele. Maksud hati pengen ngasih tempat duduk buat seorang perempuan muda ‘hamil’ di PAC 76, dia malah nolak. “Nggak usah,” katanya ketus. “Saya nggak hamil, kok, duduk aja.” Lha, dikasih duduk malah tersinggung si mbak. Padahal mana gue tau kalo bodinya gemuk karena emang gemuk aja.

Kalau gitu, emang sulit ya jadi gentlemen? Waktu masih kuliah gue pernah ngobrol-ngobrol dengan seorang teman yang kebetulan menjadi penumpang tetapnya Debora. Ini jenis angkutan umum yang peminatnya buanyak banget. Dia bahkan rela nyamperin itu angkutan umum sampai ke terminal Depok demi dapat tempat duduk. Namun begitu dapat tempat dia malah sering ngrasa serba salah sepanjang jalan. Dia bilang pasti ada saja orang yang membuatnya ingin beranjak ngasih tempat. Temen gue bilang, ‘Dilema banget tuh, tapi gue dah capek-capek ke terminal,” katanya.

Ngasi tempat duduk di angkutan umum itu cuma sebuah contoh. Kalau mengacu pada definisi Adam saja, ada banyak banget hal yang bisa membuat kita jadi seperti itu. Menyebrangkan orang, mendahulukan orang lain, mengantarkan pulang sampai ke rumah, juga baru secuil contoh.

Menurut gue being a gentlemen is about paying attention to other people. Lagian di dunia ini mana ada orang yang nggak senang kalau diperhatikan dan dibuat nyaman, sih?

Friday, November 3, 2006

Other than sports

Selain menulis untuk detiksport, gue juga pernah menjajal untuk menulis di kanal lain. Dua tulisan di bawah ini adalah untuk kanal detikhot:

Review Film

Review Kaset/CD

Tuesday, October 31, 2006

Tour de Asean (Part II)

Habis makan pagi di alang, saat check-in dari hotel, saat tau kita akhirnya akan menuju ke singapura, my heart is bouncing! yeah! tapi sebelum nyampe ke sana, kita kudu ngalamin pengalaman terbang yang paling mengerikan seumur-umur! kalau gue cuma pernah liat turbulance (di film2) kali itu gue ngalamin! jantung rasanya mau copot waktu pesawat gak stabil dan dua kali (!) mengurangi ketinggian scr mendadak, tp gue cuman bs berdoa dan pasrah, untungnya gak ada apa2an lagi sampe akhir……

abis ngalamin ‘a near death experience’ di atas pesawat *hiperbolisdotcom* kita sampe di LCC-T dengan selamat…. kita memang mau ‘transit’ di KL dulu sebelum ke s’pore… oh ya di terminal yang diperuntukkan buat pesawat2 murah itu kita berpisah dengan anti dan swasti yang mau stay di KL selama beberapa hari, sebelumnya di hari kedua di siem riep kita jg dah pisah sama mbak arum dan andam yang pulang ke indo duluan karena kesibukan masing2….

KL yang sekarang gue datengin masih sama dengan KL yang gue datengin bulan lalu…. kecuali bandara baru yang biasa banget dibandingin KLIA, jalan tol, down town-nya masih sama, MRT dan LRT-nya juga sama, tapi karena diburu waktu gue gak bisa nostalgila krn langsung cari lokasi bus menuju s’pore (yang terminalnya tyt terletak di sebelah hotel ancasa hehehe)…

lagi2 kita harus menjalani perjalanan selama 6 jam, kali ini dari KL ke s’pore, tp karena akumulasi kelelahan kita lebih banyak ngabisin waktu dengan tidur, atau bengong gitu ngliat langit (itu gue deng)

singkat cerita, sampe lah kita di s’pore sekitar pukul 24.00 waktu setempat, karena dah malem kita langsung aja menuju penginapan yang dipesen mbak luki di lucky apartment, ah ya, saat menuju ke orchard road itu kita beruntung banget karena naik taksi yang sopirnya bijak banget (dan gue yakin waktu mudanya ganteng hahaha) so meski dia sopir taksi dia udah pernah lho ke inggris, terus berpetualang ke beberapa negara, duitnya tau dari mana dari duit yang dikumpulinnya lewat kerjaan remeh-temeh kaya ngamen gitu ckckckck terus ada satu pernyataan yang dia bilang dan terngiang2 di kepala gue adalah "asian is greedy, they have a lot of money but they always keep it for what? mendingan dipake jalan2 toh uang gak dibawa mati," katanya… hehehe canggih banget ya sopir taksi s’pore….

karena udah cape berat begitu sampe lucky apartment yang cukup nyaman itu kita langsung tidur aja, but i’m more than happy coz i finally get here……. dan gue jadi orang pertama yang bangun keesokan harinya.

kegiatan kita hari itu adalah jalan2 (sightseeing) dilanjutkan dengan night safari hohoho.. sightseeing-nya ke esplanade, merlion statue, chinatown dan orchard…. esplanade adalah versi cakepnya plangi dan balai sarbini-lah kalau di jakarta, chinatown seperti layaknya chinatown di KL (secara baru chinatown di KL saja yang pernah gue liat hehe) banyak yang jualan pernak-pernik dan makanan, gue sempet tuh bli tas lucu, tapi itu doang lah cukup, abis meski harganya lebih murah tapi tetep lebih mahal dibandingin bangkok (lagi)

sebetulnya abis dari chinatown kita mau ke little india, tapi karena mbak luki bosan naik MRT (kok bisa :p) kita mau nyobain naik bus, tapi kok malah ribet bingung, akhirnya mereka memutuskan balik ke orchard dan belanja di sana (hiks, padahal gue maunya ke queensway shopping centre yang direkomendasiin zul but sudahlah……)

well, orchard udah tau pasti dong kaya apa wilayah itu, kawasan belanja seperti senayan-lah, cuma di sana lebih rame, asli mall bertebaran dimana2, surga belanjanya para shopaholic tapi jadi neraka buat yang gak punya duit atau gak doyan blanja, di sana gue beli sepatu sale doang akhirnya, sementara barang2 lain yang ada di sana gak kebeli karena budget yang sudah tidak mencukupi.

secara yang bisa diliat, s’pore sebetulnya gak lebih menarik dibanding KL, mirip2 dengan jkt malah yang mall-nya gak cuman di orchard buanyak banget!!! gue rasa hobinya orang s’pore itu belanja dan makan, karena selain mall, buanyak banget arena jajanan di sepanjang jalan… bahkan ada tempat di wisma atria (kalau gak salah) yang namanya food republic! tapi dasar kita berempat gak ada yang doyan makan, kita gak nglakuin wisata kuliner sih, rugi ya!

tapi kelebihannya dibandingin KL dan jkt (he) adalah keteraturan, gak ada yang bisa ngalahin!do you know that this city is called ‘fine city’ karena sgala kesalahan dihukum dengan denda, banyak banget larangan buat apa2, contohnya ni no chewing gum, no skateboarding, no spiting, etc etc, sangking banyaknya peraturan gue sampe takut lho mau minum atau makan dimana2….

hal lain soal s’pore yang meninggalkan kesan buat gue adalah soal transportasinya! aaaah (sejauh ini) gak ada yang ngalahin! setelah ‘petualangan’ di negeri berkembang kaya kamboja, gue pribadi sih berasa jet lag waktu ngadepin sistem MRT s’pore yang canggih, udah gitu nyaman bgt keretanya, udah gitu nyampenya juga tepat waktu, udah gitu gampang diakses pula (karena stasiunnya tersebar di seluruh negara kota itu)….. contoh nyata enaknya transportasi di s’pore adalah waktu gue, mbak luki dan mbak ana mau ikutan night safari di singapore zoo…. rutenya naik MRT dari stasiun orchard ke choa chu kang, dari stasiun choa chu kang yang nyampur dengan terminal tinggal naik bus 927 yang langsung berhenti di pintu masuk s’pore zoo…. gampang banget kan padahal perjalanannya sampe satu jam lho, tapi gak kerasa krn info dan transportasinya mudah banget diperoleh (FYI info rute itu kita dapet dari brosur doang)

udah nyampe s’pore zoo sekarang cerita soal night safari-nya deh….pertama2 kenapa kita milih night safari kenapa gak ke sentosa island (misalnya) kalau jawaban gue karena pengen aja, secara gue udah lupa kapan terakhir kali ke ragunan dan taman safari dan kata ine-temen-kantor-gue ‘night safari’-nya taman safari asik banget, lagian kelebihan night safari di s’pore zoo adalah merekalah pioner atraksi malam ini di dunia! lumayan keren kan alasannya hehehe…. dan gak percuma juga kita datengin, pernah nonton jurassic park kan? nah konsepnya kaya gitu deh, tapi bedanya di s’pore zoo naik trem yang kebuka kanan kirinya dan yang pasti binatang yang diliat… tapi jadi berasa jalan2 betulan lho di tengah hutan, dah gitu jalanan seputarannya kan gelap gulita gitu yah! kalau kita datengnya tambah malam malah tambah seru lho, soalnya ada binatang2 tertentu yang dikeluarin hanya di atas jam 10! wah tapi kalau kita nunggu sampe jam 10 bisa gawat pulangnya — secara kita naik kendaraan umum yang dari pengumumannya sih berhenti beroperasi jam 11 — tapi night safari di jam 8 pun lumayan menyenangkan kok hehehe

hmm… what else about s’pore ya baru kali ini gue blank hehehe…. oya s’pore udah jadi tujuan wisata favorit orang indo, dan tau gak waktu ke sana gue ketemu sapa…. fadly padi! penyanyi yang jaman kuliah gue gila2in abis! udah gitu tak kusangka tak kuduga ternyata istrinya fadly itu temen kuliahnya mbak luki! gila ya! jadi yang ada mereka berdua nostalgia, gue dan fadly cuma berjarak beberapa cm doang, tapi seperti biasa kalau ketemu idola i’m like speachless, gak bisa ngomong apapun, bahkan untuk minta foto bareng aja gue gak berani, haduuu….payah! kebetulannya gak cuma itu doang, ternyata mereka juga nginep di lucky apartment, dan (di airport hang nadim, batam, baru ketauan) fadly juga naik ferry dari s’pore ke batam! what a coincident!

di s’pore secara teknis kita stay 3 hari 2 malam, tapi karena yang dua hari cuma setengah hari, yah berasa gue-ada-di-spore cuma satu hari  aja. faktor itu, ditambah gue gak sempat ngasihin vcd ‘aadc’ ke zul karena waktu kita gak sinkron, ditambah lagi karena liburan akan berakhir membuat gue sedih setengah mati….. hiks!

akhirnya setelah ngabisin setengah hari untuk jalan2 (lagi) di orchard, jam 12 tanggal 19 april kita menuju ke harbour front centre (hfc) untuk bertolak ke batam, hfc yang keren banget gak kaya pelabuhan itu jadi our last destination. 

After that, I’m going home…..

Tour de Asean (Part II)

Abis dari thailand yang maha ramai perjalanan kami berlanjut ke kamboja. hmmm…. seperti orang lain pada umumnya waktu pertama kali tau kalau trip kita include kamboja gue langsung nanya sama mbak ana, "emang ada apaan di sana". well, check this one out…

waktu masih menunjukkan sekitar 11 siang waktu kami mendarat di airport phnom penh, begitu sampe kesibukan langsung melanda kita, sibuk ngurus visa bo, udah gitu pake bayar pulak, udah gitu bayarnya pake dollar us pulak! buseeet…. tapi karena udah dapet peringatan sebelumnya gak kaget-kaget amat sih begitu nyampe sana, cuman agak bingung aja, ni negara apaan sih sampe gak punya mata uang sendiri….. eh tapi apa betulan gak punya?

kebingungan gue terjawab setelah waktu gue makan siang gue dapet kembalian uang riel dari petugas hotel… tapi2 lho2 perasaan gue bayarnya pake dollar….. dan mbak luki saves the day "sama aja mel," katanya… "di sini 1 dollar sama dengan 4000 riel…. laku jg kok," jelas wartawan kompas itu…. aaahh…..

oya menurut rencana awal perjalanan sebetulnya kita gak nginep di phnom penh melainkan langsung ke siem reap, tapi karena mbak luki pengen liat killing fields kita ngineplah di pp satu malam, well satu malam is enough i guess, karena pp gak punya daya tarik apapun untuk diliat…. 1. apa2 mahal 2.nyari makan yang halal alias tanpa babi susah 3. kagak punya mall… garing aja d pokoknya!

satu2nya hal yang kita liat di pp adalah killing fields itu…. tapi namanya killing fields udah pasti gak terletak di pusat kota dong, yang ada letaknya jauuh di pelosok, perjalanan ke museum itu aja udah lumayan membuat capek, soalnya pp itu gersang banget bo, jarang pohon, jadi berasa kering terus kerongkongan gue (meski bawa minum), udah itu banyak debu pulak, udah gitu sepanjang jalan gak nemu jalanan yang bagus huhuhu…..

nyampe sana gue ngenes, gimana enggak abis melewatkan perjalanan yang unbelievable terus ngilat tengkorak2 dipajang, ditambah lagi abis itu kita nyewa guide yang nyeritain sejarah killing fields itu, hiiih, jadi terbayang2 tuh kejadian yang gak manusiawi 20-an tahun silam itu di kepala….

besoknya first thing in the morning kita pun cabut ke siem riep naik bus, lebih kurang enam jam perjalanan dari pp ke siem riep di utara, karena lama lumayan garing gue di jalan, again gue menyesal tidak membawa perangkat musik itu… eh ya tapi ada cerita lucu nih pas di jln…

jadi karena kita berangkat pagi kita dikasih sarapan berupa dua buah roti, yang satu roti coklat yang satu lagi roti daging dengan bentuk mirip croissont, kalau gue sudah tentu langsung melahap roti coklat, karena udh jelas rasanya, nah pas mau makan yang kedua yaitu roti daging gue sempet bau2in dulu tuh roti , eh baunya kok agak ‘aneh’ gak pernah gue temuin di indo, udah gitu keras banget lagi jadilah gue nggak napsu makan… eeeh keputusan yang tepat ternyata…. soalnya pas anak2 nanya terbuat dari apa itu daging ternyata kata pramugarinya dari pork alias babi! tapi dasar laper mbak luki dan andam dengan lahapnya menghabisi itu roti, "bodo ah, laper," kata mereka huehehehe .


oya gue belum bilang kan untuk apa kita ke siem riep, kita mau ke angkor wat, ini nih main attraction in cambodia…. the reason we go to this oh-so-quiet-country….. dibanding pp, siem riep agak lebih rame (meskipun panasnya, duh, sama aja)… yang menyenangkan lagi di sana nyari makan gak begitu sulit (meski yah mahalnya sama aja)…. oya di sana kita nginep di hotel termewah dalam perjalanan kami, namanya aja ‘angkor town hotel’

karena dah capek karena baru melakukan perjalanan selama 6 jam dari pp, gue, mbak ana, swasti, anti memutuskan untuk istirahat aja di hotel sementara sisa grup kami langsung ngliat angkor wat…. tapi akhirnya gue gak istirahat pulak karena para krucil minta dianterin ke pasar (new market) yg letaknya kira-kira 200 meter dari hotel… namanya nemenin gue ogah aja deh blanja soalnya harga2nya gila2an mahal bahkan lebih mahal dibandingin pp…. niat gue untuk membeli pajangan dinding gajah-gajahan khas thailand pun pupus karena di sini harganya berlipat2 dibandingin di bangkok…. aah, menyesal kemudian memang tiada guna :p

anyway, let’s talk about angkor wat then, jadi setelah eneg dengan banyak candi yang kita liat sebelum ini di bangkok, sampailah kita di ‘biang’nya candi. literally ‘angkor’ means ‘capital city’… so wat yang bakal kita liat bukan cuman satu atau dua tapi buanyakk karena kita mendatangi sebuah kota suci (yang sudah tentu bejibun candinya)…

yang pertama kita liat adalah angkor wat itu sendiri… one word to describe is HUGE…… but secara gue belum pernah (udah lupa kali tepatnya) dateng ke borobudur so gak bisa lah gue ngebandingin megah mana, but ini wat punya satu ‘fitur’ yang cukup menarik (hehehe) yaitu tangga2 curam di candi2 yg ada di dalemnya, asli lho curam banget, naiknya sih enak, tapi pas turun haduuu ngeriii… alhasil gue rela ngantri agak lama supaya bisa turun di tangga yang udah dikasi pegangan gitu di pinggirnya (hadu kaya orang tua banget deh gue…)

selain angkor wat yang lumayan berkesan lagi adalah candi terakhir yang punya main attraction akar pohon tumbuh dalam bangunan candi, bingung kan sama! tapi berdasarkan omong2 antara kita aja sepertinya bisa begitu karena ada beberapa (ratus) bibit tanaman yang gak sengaja ‘tertanam’ di celah2 bangunan candi, jadi pas gede taneman itu malah ngancurin bangunan yang jadi ‘pot’nya…. yah namanya teori asal2an, kebenarannya siy dicari aja suatu hari nanti…

sebetulnya sampe seharian kita ngiderin angkor, tapi secara isinya gitu2 doang, kecuali yang udah gue sebutin, kayanya kita skip aja lah… yang pasti hari itu lumayan menyenangkan kok, jalan2 naik tuk-tuk dan ngiderin angkor membuat gue berasa jadi turis betulan hehehe…..

at our last day kita baru nemu resto yang decent in cambodia…. namanya alang… resto halal nih, dan makanannya lumayan enak, cocok buat lidah indonesia gue hehehe, sayang nemunya dah hari terakhir, itu juga taunya karena dikasih tau ibu2 tukang jualan kaos yang kita temuin di old market (voila! si ibu itu rupanya beragama Islam, dan dia bilang sekeluarga udah Islam semua) tapi makanan alang gak bisa dinikmatin lagi deh karena abis itu kita langsung cabut ke negara lain yang selalu ada di pikiran gue selama liburan.

(bersambung)


Tour de Asean (Part I)

Setelah cabut dari kota tua penang kita menuju ke bangkok, we’re heading the capital of entertainment in asean, kota yang dicintai banyak orang karena segalanya….. Bangkok here we come!

di bangkok kita nginep di hotel bintang dua (kali) bernama mit paisarn… lagi2 supir taksi (di thailand tuk-tuk adalah motorcycle taxi hehe) yang punya jasa nunjukkin kita penginapan, pada awalnya kita merasa tertipu juga karena secara harga hotel itu punya harga lebih tinggi ketimbang hostel tp berhubung fasilitasnya lumayan dan letaknya strategis teman2 milih bertahan di sana..

karena nyampe di sana msh siang kita ngabisin hari buat ngliat keramaian di tourist area khao san dan beberapa wat  (temple alias candi alias wihara)…. khao san itu yaaa rame buanget, semirip kuta di bali lah,  gak keitung bule yang seliweran dan menuhin toko, cafe dan penginapan yang berjejer….

setelah keluar dari wilayah khao san, bersama empat teman seperjalanan kita menuju ke pusat kota, menuju bangunan2 bersejarah lah di sana…. tapi karena agak capek dan dah agak sore kita cuman masukin satu wat…. gue lupa euy namanya sangking panjangnya tp isinya standarlah…

satu hal yang membuat gue ngrasa betah di bangkok adalah soal makanannya, soalnya secara kebetulan kita nemuin sebuah tempat makan pinggir jalan yang enak dan indonesia banget rasanya! ‘feels like home’ deh setelah kita cuman nemuin makanan india seperti nasi kandar dan roti canai di penang sana, dah gitu tempatnya cukup asik karena selalu ramai orang….

hari kedua di bangkok kita merencanakan untuk mengarungi sungai di bangkok yang terkenal itu dan mengunjungi grand palace…. sungai chao praya sebetulnya biasa aja, cuman pemandangan di pinggir sungai yang bisa dijual….

sementara grand palace is GREAT…. gue inget pas ke jogja sempet mampir ke keraton, dan keraton jogja gak ada apa2nya dibandingin sm kompleks yang terdiri dari puluhan istana ini….. kata temen2 bangunan itu merupakan lokasi syutingnya ‘anna and the king’… bgt tau di kepala gue langsung kebayang lantai dansa terakhirsang raja dan anna di akhir film, sayang banget selama ngider2 gue gak menemukannya (atau emang gak ada di bagian yang boleh kita kunjungin ya)….

puas ngiderin grand palace dan ngliat reclaiming budha (budha lagi tiduran) di sebuah wat yang gue lupa namanya (haduu dont ask me any candi name deh, lupaaann) kita putusin untuk lanjut ke wat2 lain dengan naik perahu khas sana….. eeeeh kayanya sih kita ketipu sama si tukang perahu, kata dia kita bakal dianter ngider2 ke seluruh chao praya selama satu setengah jam tapi kurang dari satu jam kita udah diturunin gitu aja di salah satu wat terbagus di sisi chao praya…..

baru abis ditipu tukang perahu eeeeh kita kena tipu lagi…. ngliat ada frame penari khas thai di depan wat kita langsung aja foto2… kirain gratiss eeh ternyata kudu bayar 40 baht (sekitar Rp 10 ribu)! yang bikin kesel kita gak dapat peringatan sama sekali (meski si penarik bayaran bilang ada tuh peringatannya which is di bagian terbawah dan tersamar warna framenya) sial!…. cape diboongin orang thai akhirnya kita mutusin balik ke hotel…..

hari ketiga kita pergi ke ayuthaya, itu adalah eks ibukota thailand (kalo di indo kaya jogja kali yaaa) yang letaknya di utara bangkok, kalau naik kereta butuh lebih kurang satu setengah jam deh… oya setelah dua hari selalu berkendara tuk-tuk untuk pertama kalinya kita nyobain naik bus dan train antar kota…. ternyata lumayan nyaman kok!

sampe di ayuthaya udah hampir tengah hari dan kita ngabisin seharian untuk ngliat wat (again)… setelah wat kedua di sana gue sudah merasa eneg… ive had enough seeing wat, seeing buddha statue and seeing people’s meditating…. waktu lagi istirahat di bawah pohon di wat kedua (oya ayuthaya itu puanassnya ngelebihin bangkok, pokoknya panaaass deh!) gue sempet mikir "kok masjid nggak pernah didatengin orang sebanyak ini ya, kan sama2 rumah peribadatan apa karena gak ada patungnya?"

abis itu kita pergi ke another wat (hmm gila ya thailand punya berapa wat ssiih mereka hehehe) pas lagi jalan ke wat ketiga sempet gue ngliat ada gajah ngider2 di jalan… waaaah jadi kepengeeen naiikk….. tapi setelah kita sampai ke elephant camp ternyata untuk naik gajah lumayan mahal harganya… yang termurah aja 200 baht (sekitar Rp 50 ribu) padahal itu cuman setengah jam ride (yah..mana berasa!)

abis dari elephant camp, sopir tuk-tuk sewaan a.k.a guide kita ngasih tau kalau berhubung waktu dah mepet kita cuma punya sisa dua wat lagi untuk dilihat (thanks god p)… oya di wat keempat kita sempet ketemu sama rombongan orang indo juga, mereka berempat, tiga dari indo yang satu lg kerja di ayuthaya, tapi mereka abis dari phi-phi island yang terkenal itu dan gak lama lagi balik ke indo… waaah kalo lagi di luar negeri seneng jg ketemu orang yang bahasanya sama!

wat terakhir rada unik dibandingin yang lain2.. soalnya di sana seluruh patung buddha yang ada nggak punya kepala (headless buddha)! wat ini punya atraksi utama  kepala buddha yang tumbuh d bawah pohon gueedee banget yang udah tua.. gimana bisa gitu only god knows.. oya di sana gue sempet di semprit lho sama petugas gara2 gue pengen foto dengan gaya merangkul patung2 tanpa kepala itu pdhl udah ada sih larangannya yaaah maap2 deh sir hehehe

meski train yang kita pake pas dateng cukup nyaman kita mutusin naik bus pulangnya karena pengen nyobain sbs train yang ada di bangkok, kita cabut dari ayuthaya sebelum magrib tapi karena jalanan k bangkok muaceet banget, alhasil nyampe sana dah malam…

oya satu hal soal thai ya, meski negaranya ramah banget sama turis sayang bgt hanya sedikit warga yang bisa bahasa inggris, bahkan tourist information di kawasan turis kaya khao san petugasnya jg nggak bisa bhs inggris! parah banget kan….. alhasil kalau kita nanya pake bhs inggris dijawabnya pake bhs thai atau bhs inggris yang gimana yaa ngaco aja gitu secara grammar, contoh ni "do u have orange juice" dijawab "no have" hehehe trus ada lg kejadian lucu, pas nyampe dari ayuthaya di satu terminal bus di bangkok kita ceritanya nanya sama polisi lalu lintas yang lg bertugas dimana stasiun SBS train (sky train), pas kita ngomong si petugas ngangguk2 gitu kepalanya, kirain kita kan dia ngerti, terus dia sampe nganterin segala, eeeh kirain kita mo dianter ke stasiun sbs ternyata disuruh naik bus! laaah meski bingung bercampur geli kita turutin jg… ternyata untuk sampe ke stasiun sbs kita emang kudu naik bus itu, akhirnya kita nyampe kok di tempat yang dituju hehehe rupanya meski dia gak bisa ngomong inggris si petugas ngerti kok….

ah, gue lupa ngasih tau kalau alasan kita ke thai sekitar tanggal 13 april adalah untuk ngliat songkran festival yang terkenal itu, songkran festival (festival air) merupakan festival untuk menyambut tahun baru thai gt deh, selain di thai juga dirayain di kamboja, myanmar dan laos (kalau gak salah) tp di tiap negara kayanya beda2 perayaannya…. nah sepertinya di thailand yang perayaannya paling rame, tradisinya tiap orang saling menyiramkan air ke orang lain, gak cuman saling siram air kadang mereka juga nyiram air berisi bedak dingin atau melumuri ‘lawannya’ dengan bedak dingin… karena kita nginep di deket khao san festival itu berasaaa bangeeet….. jadi abis dari ayuthaya dan turun dari bus yang kita naikin di depan siam centre kita kudu lewat khao san untuk nyampe hotel, krn gak ada kendaraan yang boleh lewat sana jalan kaki lah kita, gak nyangka perayaan lagi di puncaknya alias ruamee banget, intinya nggak mungkin gak basah klo lewat situ…. dan satu lagi pada festival itu anak2 muda sana punya kesempatan utk saling menyentuh lawan jenis, krn pada hari biasa mereka kudu jaim karena peraturan suasana jd cenderung liar gitu, cewe ngrepe cowo gitu sebaliknya, banci2 khao san jg jaya banget tu hari mereka kaya kesetanan gitu, ya nari2, ya teriak2, haduu banget deh hehehe meski gitu gue niatnya emang cuman liat (dan numpang lewat), maklum gue cenderung males sama keramaian yang kaya gitu, smtr beberapa teman mutusin untuk ikutan basah2an sekalian, gue pulang sendirian sambil setengah kedinginan karena sempet diguyur air dingin dari belakang… anjriiiit!

dan festival itu berlangsung tiga hari dari pagi sampe malem… karena itu pada hari keempat kita di thai(hari kedua festival) sebisa mungkiiin kita menghindar dari khao san dan orang2 yang megang senapan air p soalnya gila aja kalo dah basah dari keluar hotel sementara kita mo belanja :p tapi basah2 dikit emg gak bisa dihindari sih, wong orang lagi duduk di bus aja bs dihajar sama air! untung orang sana dah ngerti ini lagi festival… tapi uniknya gak sekalipun gue liat orang marah2 klo disiram, orang asing sekalipun cuman nyengir, maklum apa gondok setengah mati ya hehehe……

speaking of belanja bangkok is d heaven of cheap shopping, serius, setelah ke kamboja dan singapura gue baru menyadari betapa barang2 yang dijual di bangkok itu murah meriah banget, agak nyesel jg nggak gila sekalian…. oya di sana salah satu tempat belanja murah yang oke adl night market di kawasan (hmmmm gue lupa, ampun!) sekilas tempatnya kaya pasar seni ancol gitu… sebetulnya ada lagi tempat belanja yang lebih murah yang namanya chutcak market, sayang adanya cuman akhir pekan doang jadi kita gak bisa liat….. but in night market u could find almost everything kok, lumayan lah buat beli oleh2 buat orang rumah dan diriku sendiri hehehe

oya sebelumnya kita sempet mampir ke kawasan pratunam itu seperti kwsan mangga dua dengan mall2 yg ngjual barang2 grosir di sana sini, dan di kawasan itu juga terletak KBRI kita di thai, wah emang paling bisa deh deplu, naro kedutaan di pusat belanja, mentang2 orang indo suka belanja yaaa hehehe…..

puas belanja sampe puegeel dan cukup malam, kita pulang ke hotel, dan (akhirnya) kena siram sana sini pas pulangnya, it’s no problem at all, udah biasa, bahkan festival itu jadi salah satu yang ngangenin dari bangkok yang kita tinggalin besok paginya……


Tour de Asean (Part I)

Ini akan menjadi tulisan pertama dari perjalanan gue selama 8-19 April ke empat negara ASEAN…. oya dalam perjalanan itu gue ditemani sama ana, luki, eny, arum, swasti, anti, dan andam… jadilah 8 perempuan ini menyambangi 4 negara asean hohoho…

first stop penang, malaysia.

waktu baru menunjukkan jam 4.30 pagi saat gue keluar dari rumah di pondok gede menuju sukarno hatta… ayah dan ibu berbaik hati bangun di pagi2 buta guna mengantar gue ke cengkareng…. gue agak telat karena 7 teman seperjalanan gue dah sampai duluan… begitu ngliat gue mereka ngak berkomentar tentang keterlambatan gue, tapi soal bawaan gue yg ’sedikit’ banget…. yalah secara gue cuman bawa satu tas punggung berukuran sedang dan satu tas pinggang… awalnya sih gue agak kaget juga ngedenger pengakuan yang lain bahwa mereka pada bawa lebih dari satu tas karena gue pikir backpacking kudunya hanya bawa satu tas punggung berukuran besar dan satu tas lagi yang kecil2 ajalah buat jalan2….. ternyata eh ternyata…..

anyway, setelah menjalani perjalanan udara naik air asia ke medan, kita langsung nyari transportasi guna mengantar ke belawan… satu2nya pilihan adalah taksi…. jadilah taksi berwujud kijang kapsul mengantar kita ke sana…. untungnya (atau rugi) gak cuma jadi supir taksi pak duan juga nawarin jalan belakang mencari tiket ke penang… caranya lewat kenalannya yang orang dalem…. meski secara moral gue gak suka harus lewat jalan blakang tp demi solidaritas dan kemudahan gue ikutan juga, gue lupa tepatnya kudu bayar berapa untuk urusan nyebrang ke penang tapi angkanya mendekati 1 juta (untuk tiket dan fiskal)

gue juga lupa kapan terakhir kali naik ferry, yang pasti untuk mencegah hal2 yang tidak diinginkan (baca mabuk laut hehehe) gue minta antimo ajalah sama mbak arum…. efektif tuh antimo, setengah perjalanan gue jalani dalam kondisi tertidur sementara setengah lagi gue lupa ngapain aja hehe, oya dengan bodohnya gue melupakan elemen esensial dalam sebuah perjalanan (baca musik)… i hate me because of it……

setelah kurang lebih lima jam perjalanan merapatlah ferry kita di pelabuhan penang.. dari supir taksi sana kita mendapat penginapan paling murah yang kita peroleh dalam perjalanan ini… nama hostelnya blue diamond… letaknya cukup strategis, rame selalu karena di depannya ada resto, dan atmosfernya friendly… berhubung nyampe dah agak malam, hari itu kita habiskan aja dengan ngiderin kota di malam hari sambil nyari makan….

penang di waktu malam adalah kota yang sunyi, gedung2 berarsitektur lama yang mendominasi kota itu menggambarkan kondisi kota yang kalau menurut gue kaya manusia umur 60-an: tua dan membosankan….

pas hari kedua ngiderin penang dan menemukan salah satu mall-nya kesan nih-kota-sepi-banget makin kerasa, anak muda sedikit banget yg seliweran, pdhl itu hari minggu lho…. kita langsung aja berkesimpulan kalau anak2 mudanya jg gak tahan dengan kota tua ini dan lbh milih ke KL guna mencari keramaian…..

untungnya di hari kedua kita di sana gue menemukan hal mengesankan bernama penang hill, atraksinya adalah naik trem ke atas bukit bendera yang punya ketinggian 800-an meter dari permukaan laut, dari atas sana kita bisa ngilat seluruh kota, bagus jg tuh idenya kalau diterapkan di indonesia…..

secara umum ni kota tergolong apik buat sebuah kota tua, jalanannya bersih, disiplin berlalu lintas baik, transportasi bagus meskipun agak sulit karena hanya ada bus dan taksi, attitude orang2nya yang kebanyakan dari etnis india dan cina juga lumayan, tapi gak cukup mengesankan buat gue, jogja aja masih lebih menyenangkan :p

 (bersambung)

Malaysia: Indonesia Modern?

Tanggal 18-20 maret kemarin resolusi pertama gue terpenuhi…. berkat kemurahan hati detiksport gue dikirim untuk meliput ke kuala lumpur menyaksikan F1 GP Malaysia… so jadilah malaysia my first time going abroad….

waktu pertama kali menjejakkan kaki di KLIA i was impressed… geez… "modern banget nih bandara," gitu komentar gue dalam hati.. modern dari segi arsitektur, modern dari sisi fasilitas, dan modern pula dari sisi playanan (maksudnya profesional)…

dari KLIA gue dan rombongan Lily Tour langsung menuju ke Sirkuit Sepang… dari bandara menuju ke sirkuit rasanya sama kaya indo… panas dan kanan kiri pemandangannya kelapa sawit (kalo di jakarta pohon bakau kali ya di pinggir soekarno hatta situ)

nyampe Sepang baru deh kesan gue-lagi-di-Malaysia berasa lagi, secara gue pernah ke Sentul, sirkuit yang satu ini jauh beda aja…. Sepang is BIG! dalam arti sebetulnya adalah LUAS, tempat parkirnya aja segede lapangan bola bo! dari tempat parkir (bus) ke wilayah sirkuit kita pun kudu jalan kira2 satu km, lumayan bikin cape, mana panasnya terik abis2an (agak membedakan dengan sentul yang masih agak rindang karena banyak pohon)….

abis jalan 1 km gue pun mendapatkan pengalaman nonton mobil2 F1 seliweran di depan mata, dengan mesin2 yang mengeluarkan bunyi yang keras, gue inget pas baru duduk gue langsung ngirim sms ke jkt yang bunyinya "u know gue duduk pas di tikungan pertama Sepang, its the best view deh!" tapi mungkin karena panasnya, dtambah gue gak bawa minum, konsentrasi jadi menurun, nonton pun jadi kurang sedap pengalaman berharga kalo nonton F1 langsung lagi bawa minum! biar gak dehidrasi ringan…. setelah nonton kualifikasi GP Malaysia gue baru dibawa menuju ke hotel tempat menginap di KL…

sepanjang perjalanan prasaan gue-lagi-di-Malaysia kerasa lagi, beda sm jkt jalan tolnya (waktu itu) lg bebas hambatan, tapi yang anehnya ada motor dalam highway! perbedaan lagi, di jalan2 mayoritas mbl yang seliweran adalah produksi dalam negeri, Proton, tuh merk mobil yang kayanya jaya banget di malaysia, dan mobil2 sedan keluaran perusahaan itu emang cantik2, gak kalah sama model keluaran toyota atau honda jadi pantes2 aja sih kalo menurut gue… masuk ke pusat kota KL gue berasa lagi ngider di SudirmanThamrin, tapi sepertinya disiplin berlalu lintas di sana lebih baik, motor lebih dikit lah dibandingin jkt, trus di sana gak ada angkot, banyakan bus gede…. kesan yang terbersit di kepala gue lgs "kayanya gue bakal suka ni sm kota ini"

oia gue nginep di hotel ancasa, ni hotel strategis punya, deket petaling street aka chinatown (which is the center of belanja murah gitu macam pasar baru), deket pula ke mall2 yang biasanya jadi pusat belanja turis2 (menurut tour guide kita yang punya nama fun) sayang meski secara lokasi strategis secara fasilitas kurang, masa gak ada LAN dan WiFI, payah! meski agak ribet kalau dah tiba pada persoalan kerjaan tapi sekali lagi gue menikmati KL, sempet ni gue ngider di chinatown pas malem2 dah mau tutupan (jam 11 waktu sana) gue berasa aman2 aja, gak kaya di jakarta yang kalo jam segitu kudu waspada, tapi agak takutnya adl buat mampir di tempat jualan sana soalnya gak tahu harga jd takut dikibulin….

hari kedua di malaysia gue mendapat kesan kalau orang malaysia itu helpful banget, jadi ceritanya gue lagi di sekitar pameran di luar sirkuit nyari colokan berkaki dua buat ng-charge baterai kamera yang udah abis (oia pelajaran lg kalo ke luar negeri biasain bw charger berkaki tiga atau bw colokan ndiri soalnya banyakan colokan berkaki tiga bo) setelah ngider lumayan kita iseng2 masuk stand jualan pernik Sepang, ternyata di situ ada bo, dan yang istimewa salah satu pekerjanya membolehkan kita numpang ng-charge di situ, yang bikin gue terkesan dia (yang gue lupa tanyain namanya) mau nerima kamera gue pdhl colokan di situ lg penuh karena ada dua baterai yang lg di charge, untung pas dia cek ternyata charge salah satunya dah selesai, jd gw bisa lgs titip di sana kamera gue selama sejam (well gue gak yakin kalau di jakarta gue berani nglakuin itu) ternyata orang2 yg kerja di Sepang ini emg best betul, gak cuma gue dan mas iwan yang terkesan, bule asal Inggris yang gue kenal di situ jg muji orang2 yang kerja di sana, "orang sini profesional bgt, tapi mereka ramah, itu yang ngebedain orang dengan tempat lain attitude," kata stuart webb.

hari terakhir di malaysia, gue lagi-lagi mendapatkan kesan positif, kali ini soal transportasinya…… jangan bandingin dengan indonesia (jakarta) deh soalny bedanya jauh buanget… kebetulan gue sempet nyoba train dan MRT/LRT yang ada di sana…. kesannya nyaman, bahkan saat berdesak2an masih terasa nyaman, bersih, jauh dari asap rokok dan pengamen, dan seger gitu karena yang naik apik2 p meski gue gak sempet nyobain bus sana, tapi dari luar keliatan kalau naik bus pun akan sama nyamannya sama train, sementara taksinya sepertinya lebih aman dibandingin taksi2 yang ada di jakarta meski secara mobil make mobil2 tua….. eniwey sangking terkesannya dengan transport di KL gue sampai ngirim sms gini ke teman yang lagi skolah di Mly, "wah, ndra (Mandra) lo pasti betah ya di sini transportasinya nyaman banget p"

eh tapi meski negeri kita boleh dibilang kalah jauh dibandingin Malaysia kita sebagai orang Indo boleh sombong karena seni kita tyt lebih gaung dibanding punya mereka sendiri…. contohnya pas lg makan mlm di petaling, tiba2 saja gue denger pengamen jalanan sana nyanyiin lagu padi! hampir gak ada bedanya sama pengemen jakarta karena mereka fasih jg…. belakangan menurut penjelasan temen chatting gue asal s’pore artis indo emang lmyn jaya di mly dan s’pore…. si zul temen gue itu sampe tau ari wibowo, nia zulkarnaen, maudy koesnaedi segala! belum lagi dia penyuka dewa, tau banget krisdayanti, dan melly goeslaw… ck…ck…. mereka emang beken apa cuman si zul aja yang ngefans artis2 indo yak hehehe

meski cuma 3 hari 2 malam gue di Malaysia, tepatnya KL, gue mendapatkan kesan positif soal negeri jiran itu… tapi kalau mo sok nasionalis sebetulnya Jakarta itu punya potensi jadi seperti Malaysia sekarang contoh kecil aja di jkt kita dah punya trans jakarta yang cukup nyaman, udah gitu sekarang jg dah dimulai proyek monorail, dan kalau soal bangunan bagus, mall bagus, kayanya gak kalah dibandingin mly, cuman attitude deh yang perlu dibenerin kpn jakarta bisa kaya KL i’ll be waiting………..

Monday, October 16, 2006

Music is My Life

Waktu bikin tulisan ini gue lagi dengerin ‘i cant smile without u’ yang dinyanyiin barry manillow… it’s my favourite song of all time!….

bicara selera musik gue itu susah-susah gampang.. susahnya karena gue sendiri gak bisa menggabungkan selera musik gue dengan satu kalimat.. klo gampangnya karena selera musik gue juga selera musik banyak orang… tapi sebelum ngomongin selera, kudu bicara pertama kali mengenal musik…. agak malu nih bilangnya… soalnya lumayan telat banget bo…. kelas 1 smp….

tengs to my beloved friends at smp 49… dan lo tau apa musik kegemaran gue kala itu INDICENT OBSESSION! omigod…… tau kan lagu fixing a broken heart lady rain yup thats my (atau our) favorites… yang lucu jaman dulu gue sama temen2 skolah gue suka sok karaokean di tempat salah satu temen gue nyanyiin lagu2nya IO…. sambil gegayaan pula kaya penyanyi prof hehehe dasar abege…. pas jaman boy band itu lewat tahun berikutnya gue dikenalin sama musik alternatif… awalnya green day, trus nirvana, pearl jam, sound garden, smashing pumpkins, stone temple pilots, metallica (wooow!!!).. dan berhubung gue masih labil musik2 macem gitu masuk aja tuh di kuping gue… sampe beranjak sma tuh gue menggilai alternatif….

pas kelas 2 sma selera agak bergeser ke punk rock… green day jelas masih suka, band old school juga masi suka, tapi referensi musik gue nambah berkat ash dan the offspring (dulu juga sempet suka sama band2 ska yang namanya dah pada lupa =D eh iya mighty2 bostones tuh) selain itu gue juga mulai menyukai brit pop (macem oasis dan blur)…. garis besarnya sih alternatif yaaa….

nah waktu kuliah selera musik gue bergeser lagi…. terpengaruh usia juga kali ya hehehehe gue kurang suka lagi dengerin musik yang keras alias banyak distorsi gitar dan drum yang berdebum-debum… gara-gara temen (lagi) gue malah cenderung suka lagu mellow dan yang nge-groove.. kaya brian mcknight gue suka, barry manillow gue demen banget…. atau yang jazzy kaya the groove…

sekarang setelah ngak kuliah, gak begaul deket lagi sama temen2 yang gila musik dan suka mempengaruhi gue dengan selera mereka, gue boleh dibilang nemuin selera musik gue sendiri….. and it goes to…… easy listening! mau alternatif kek, boy band kek, mellow kek atau jazzy kek, yang penting liriknya bagus, enak didenger, dan singable! tapi kalo penyanyi favorit gue cenderung menyukai musik yang melegenda…. kaya the beatles! tapi gue bukan beatles mania i just love their simple songs… trus gue juga jadi suka U2…. gak perlu dikomentarin lah they have a bunch of good songs and a great vocalist…. trus gue suka the corrs ini band baru (krn baru muncul tahun 1990-an) tapi punya ciri khas di musiknya, ngegemesin (karena vokalnya andrea), classy (karena biolanya sharon) dan unik (karena flute, bodran (do i spell it right), perkusi2 Irlandia)… luv it so much… trus sting (simply because he has a sexy voice -p)

hmmm…. dari tadi ngomongin musik luar terus ya hehehehe tenang aja gue juga suka musik dalam negeri kok… dulu i am a great fans of padi…. sekarang pun masih meski kadarnya sudah menjadi penggemar saja (tanpa embel2 great) gue ngoleksi semua album mereka dan selalu punya lagu favorit di tiap kasetnya…. gue juga suka dewa (because their poetic lyrics and (now) their sexy vocalist hahahaha) my fav indonesian artist sekarang adalah glenn fredly…. si ambon manise yang romantis abis… lagunya bikin gue kalo lagi seneng tambah seneng tapi kalo lagi sedih tambah gila sedih… but u know sekarang gue lagi penasaran sama satu band yang namanya maliq and the essentials… mereka bikin lagu ‘untitled’ yang akhir2 ini terngiang2 terus di kepala gue…. must have their album then!

anyway kalo lagi bosen sama yang easy listening i listen to those alternative groups… musiknya muse dan larc en ciel (laruku) sedang menjadi doping gue sekarang ini… kalo lagi down tinggal setel absolution atau awake atau smile…. pasti semangat lagi dehh… jadi sulit kan nyimpulin selera musik gue soalnya berubah ubah sesuai jaman (atau usia ya hehehe)… tapi apapun itu kayanya gak penting deh, yang penting music is my life!

Friday, October 13, 2006

Does Money Really Matters?

Pertanyaan ini pop-up di kepala gue setelah nonton film JIFFEST yang judulnya ‘machuca’… jadi ni film bercerita soal persahabatan dua pemuda berbeda kelas… si daniel (sebut saja begitu karena gue lupa namanya =D) yang anak pengusaha kaya dengan pedro machuca si miskin anak tukang cuci…

karena bersetting di santiago, chili, sekitar tahun 1960-an film ini nampilin perbedaan kelas yang sangat ekstrem, bahkan partai politik pun berafiliasi dengan kelas.. klo pilih partai A berarti kaum borjuis (orang kaya-maksudnya) sementara kalo pilih partai B berarti pro orang miskin… dan anak2 12 tahun seumuran pedro dan daniel udah tau itu sejak usia dini…

mereka sempat nyuekin (si daniel main bareng di tepi sungai perumahan kumuh sementara pedro nyoba sepeda dan sepatu keds merk adidas yang sangat langka punya daniel) tapi keadaan mengalahkan persahabatan mereka…

adegan paling ngenes terjadi menjelang akhir film…. waktu daniel ngdatengin perumahan kumuh tempat pedro tinggal, kebetulan lagi ada razia pemberontak oleh junta militer (yang mengkudeta kepemimpinan salvador allende yang pro orang miskin) disitu daniel ngliat tetangga2nya pedro, sodara pedro, dan ayah teman dekatnya ditangkepin….

daniel juga ngliat teman dekat pedro (dan temannya sendiri) ditembak karena melindungi ayahnya yang diduga pemberontak…. ngaburlah daniel pas ngliat kejadian itu….apes, pas mo lari ketauan sama seorang prajurit…  trus daniel ngomong gini "aku bukan berasal dari sini aku tinggal di seberang sungai sana aku bukan bagian dari mereka" tapi si prajurit cuek dan terus nyeret daniel…

akhirnya daniel ngomong lagi "hey, lihatlah aku, lihat aku!" si prajurit langsung merhatiin dia dari ujung kepala sampe ujung kaki  (FYI rambut daniel rapi, pakaiannya kemeja dan vest, jeansnya bagus dan sepatunya adidas!)  tiga detik kemudian dia lalu melepas si daniel…

aaaargh! gemes banget gue nonton tu film…. gemes banget…. kenapa kok anak semuda daniel mengenal perbedaan kelas (waktu dia bilang "lihat aku" ke prajurit itu dia mo bilang kalau dia orang kaya gak sama dengan orang2 di sekitarnya)

eniwey abis nonton tu film langsung pop-up pertanyaan ini di kepala ‘is money really matters’ atau dengan bahasa lain ‘is being rich really matters?’ jujur, hari gini materi emang perlu… bukan buat prestise tapi lebih kepada kebutuhan… mana bisa lo makan kalo gak ada duit mana bisa sekolah kalo gak pake duit mana bisa berbaju kalo gak dibeli pake duit dsb… dsb… tapi apa iya segala-gala di dunia ini harus pake duit dibeli gimana dengan persahabatan

di jakarta perbedaan kelas emang blum kliatan banget, tapi indikasi ke arah itu udah ada… waktu jaman gue sekolah dulu (SD, SMP, SMA) selalu ada tuh satu gank yang isinya anak orang kaya melulu.. jadi wandering… mereka sahabatan karena sama-sama berduit atau karena betulan sehati ya?

Harga-Menghargai

Suatu malam gue nebeng pulang ke rumah dengan seorang teman.. naik motor.. it is not the first time gue nebeng motornya tetapi suatu kejadian di pengkolan jalan raya ibukota itu membuat gue berpikir..

ceritanya waktu itu jalanan lagi macet banget, mobil pada ngantri, motor apalagi, pokoknya jalanan semrawut lah… pas lagi bergelut dengan kemacetan itu ada mobil barusan keluar dari kantor gede di pinggir jalan… karena jalanan macet stuck-lah si mobil di belokan..

temen gue yang bawa motor langsung mencak-mencak "aduuuh egois banget sih ni mobil…." reaksi gue cuman satu yaitu bertanya "egois kenapa sih" setelah temen gue itu dengan ‘kreatifnya’ ngunain trotoar buat jalan motornya gue baru ngeh "o…si timor item itu egois karena ngalangin jalan motor"

setelah belokan itu gak lama kita nemu belokan lagi…. keluarlah mobil lain dari belokan itu… lagi2 temen gue ngamuk dengan omongan yang sama dengan yang pertama, tapi kali ini omelannya lebih panjang "duh gue sebel deh dengan orang2 bermobil mereka tuh egois banget…." gue langsung wandering gini "mereka (orang yang bawa mobil) egois? masa sih?"

gue ngak sering bawa mobil tapi waktu bawa gue sering juga melontarkan pertanyaaan yang serupa "mereka kok egois amat sih" tapi bukan ke arah orang2 yang bawa mobil melainkan yang bawa motor… ngak sekali dua kali gue ngrasa gondok sama orang2 bermotor, mulai dari betapa ngak tertibnya mereka (sering nylonong di lampu merah), ngribetinnya (karena gak tertib tadi) dan ngak mau ngalahnya (klo serempetan mana ada motor yang mau disalahin)…

tapi setelah kejadian malam itu gue baru ngeh kalo pengendara motor ternyata berpikir sama terhadap pengendara mobil…. gue jadi wandering (lagi) kalo begini berarti semuanya tergantung dari sisi mana kita berada… kalo lagi naik motor ketemu macet kita bakal nyalahin mobil yang ngalangin jalan motor sementara kalo lagi naik mobil kita bakal nyalahin motor yang bersliweran gak tertib…

tapi apa iya harus gitu terus kalo aja di indonesia ini (minimal jakarta lah) orang-orangnya pada mau saling menghargai (dengan cara tertib lalu lintas dulu deh) mungkin masalah kaya gini gak bakal mencuat…. yang bawa mobil bakal menghargai yang make motor dan mungkin ngiri karena mereka gak perlu ngisi bensin sampe beratus2 ribu.. trus yang bawa motor juga sebaliknya, ngiri karena yang bawa mobil ngak ngrasain kehujanan dan kepanasan…

bisa ngak ya?

Duh, malunya!

Cowok berkemeja kuning dengan celana pantofel hitam itu sedang berbicara dengan dua orang mekanik di paddock-nya, dari belakang aja sudah kelihatan kalau dia memesona, wajahnya ganteng banget, bodinya kekar dan suaranya berat, when he turn around i feel myself so nervous, geez..... he is Alex Yoong...... cowok yang waktu SMP pernah gue gila-gilai hanya karna secuil fotonya di cover depan Kawanku tempo dulu....

jadilah gue dengan otak kosong, dada deg-degan sangking terpesonanya, nimbrung teman2 dari salah satu koran ternama di Indonesia mewawancarai dia.... pertanyaan pertama lumayan bagus.... bisa dibilang gitu karena dia njawab dengan antusias.... tapi baru satu pertanyaan gue langsung mendapati wawancara ini bakal menjadi wawancara paling malu2in yang pernah gue jalanin...

gara-garanya pertanyaan gue yang bunyinya gini 'is there any difference between today's free practice than yesterday besides the weather' ...... kenapa gue nganggep pertanyaan ini aneh karena setelah mendengarkan dia speechless alias gak bisa ngomong... smbl geleng2 kepala dia bilang 'what do you mean with that q'....

denger pertanyaan dia gue langsung bingung sendiri, masalahnya gue jg gak ngerti mau dibawa pertanyaan gue (halah), waktu otak gue sedang berpikir gmn caranya ngeles, tiba2 temen gue nanya, gue pikir 'ah, there goes my life savior' tapi ternyata pertanyaan dia lbh parah dari punya gue barusan.... dia nanya, 'apakah ada perbedaan antara membalap waktu hujan dengan waktu kering'

OH MY GOD! itu pertanyaan paling sepele yg gue denger...... dan betul aja begitu dengar pertanyaan temen gue dia langsung nanya balik 'are u a motrosport journalist' dengan tampang apa-apaan-sih-ni-wartawan-kok-nanya-pertanyaan-setotol-itu.... dan sangking malunya gue malah ketawa..... sementara temen gue njawab dengan tampang memelas kalau dia wartawan surat kabar harian....

aduuuh, it's the most imbarressing moment in my life, dan setelah itu wawancara gak berjalan seperti yang gue harapkan.... begitu dia tau yang mewawancarai dia adl wartawan2 non-motorsport dia njawab pertanyaan2 kami dengan jawaban standar yang gak layak quote..... haduuu...

untung setelah wawancara berakhir dia masih mau nglayanin foto bareng sambil ngrangkul (sbetulnya itu dia sih yang gue tunggu2 hehehe) aaaahhh, untuk sementara hilang semua rasa malu gue.. and i can smile at the and of the day.

Tuesday, August 22, 2006

Me on Google

Pernah nggak iseng nyari kepopuleran nama kamu di google? dari pencarian nama lengkap, gue mendapat 3,480 halaman web yang memuat nama gue...

di urutan pertama adalah artikel soal kedatangan Cristiano Ronaldo yang di bahasa inggriskan... tapi aslinya sih begini beritanya Ronaldo Hasilkan Rp 842 Juta

Real Madrid: From Treble to Trouble?

Di kantor, nggak sedikit yang tahu kalau gue adalah penggemar berat Real Madrid. Dan nggak cuma sekedar dari cuap-cuap, kadang sering gue juga suka melampiaskan kesukaan gue lewat tulisan. Ini salah satu tulisan gue yang paling lumayan soal El Real. Sayang, ditulisnya pas kondisi Real lagi jelek huhuhu....

Wednesday, August 16, 2006

Mari Belajar dari Malaysia

Tulisan soal F1 ini biar menurut gue gak bagus2 amat, termasuk tulisan terbaik yang gue bikin selama di detik *jumawadotcom

Tapi kalau inget perjuangan buat nulisnya jadi pengen ketawa2 sendiri soalnya aslinya nggak begini ni... but berhubung ketika itu warnet tempat gue ngetik tiba2 mati lampu, dan gue belum save pulak, terpaksalah tulisan awal yang tinggal separagraf lagi (kalau gak salah) gue ketik ulang menggunakan sisa-sisa ingatan gue hehehe.... Alhamdulillah, ada juga yang bilang tulisannya bagus =D

Tuesday, July 11, 2006

Campioni Del Mondo

Piala Dunia 2006 berakhir dramatis. Lewat adu penalti, diwarnai kartu merah terhadap Zinedine Zidane, Italia tampil sebagai juara dunia untuk keempat kalinya.

Kalau kebetulan nggak nonton final Piala Dunia 2006, gue pasti kaget setengah mampus ngbaca berita Italia Juara Dunia ini. Italia juara dunia? menang adu penalti? atas tim yang ngak pernah bisa mereka kalahin? are u kidding me?

Yes! nasib emang lagi becanda rupanya.. soalnya setelah 24 tahun Italia jadi juara dunia lagi, lewat momen yang menjadi momok Italia karena belum pernah dimenangkannya: adu penalti, dan ngalahin Prancis yang jadi ganjalan di dada fans Italia selama hampir enam tahun.. what a
great story!

Gak heran setelah Fabio Grosso berhasil memasukkan penalti terakhir di gawang Fabien Barthez gue meloncat-loncat kegirangan, ah biarin teman-teman kantor pada melongo terheran-heran :p, abis this is the moment i've been waiting for 12 years!

Sayang kemenangan Italia tercoreng oleh insiden memilukan yang melibatkan Zidane dan Materazzi. Zidane, the-so-called-maestro, menanduk dada Materazzi dengan beringas di perpanjangan waktu kedua. Kaget, reaksi pertama gue. Tapi sebagai fans Italia - yang pada saat itu juga gak tau provokasi apa yang dibilang Materazzi sampe Zidane nekat menanduknya - gue happy juga ngliat Zidane di kartu merah. It means there goes their playmaker and penaly taker.

Dan betul saja, tanpa Zidane, Raymond Domenech memasukkan nama-nama ngak jelas (karena gue gak familiar sih :P) dalam daftar penendang penaltinya. Tapi yang ngejutin bukan nama-nama gak jelas itu yang gagal nendang penalti tapi malah David Trezeguet! Hah! Karma Speaks! Ini dia orang yang bikin gue nangis enam tahun lalu karena golden goal-nya ke gawang Italia di final Euro 2000.

Sementara lima algojo Italia sukses ngjalanin tugas masing-masing. Pirlo, Materazzi, De Rossi, Del Piero, dan Grosso mantep banget ngambil penaltinya. Gak canggung sama sekali dan yang pasti gak meleset.

Grosso, sebagai penendang terakhir, lagi-lagi jadi penentu kemenangan Italia setelah lawan Australia dan Jerman. Dan lagi-lagi ni orang dibahas sama Kompas hahaha. Katanya dari pendosa, pendosa yang bertobat, sampe jadi malaikat.

Whatever they say Italia pantes jadi juara tahun ini. Asli pantes. Bukan karena gue ngefans. Sial buat Prancis sebetulnya mereka juga pantes sih secara udah ngalahin Brasil meski 1-0. Sayang di partai puncak mereka gak bisa ngalahin tim yang lebih baik hehehe.

Forza Italia! Campioni Del Mondo!

Saturday, July 8, 2006

Everybody's Dive!

Kalau ada pertanyaan, 'timnas sepakbola mana yang paling suka diving?', gue berani bertaruh sebagian besar penggemar bola bakal njawab 'italia'. gak gitu sulit untuk nyari alasannya, mereka pasti udah pernah nonton Italia -meski cuman sekali.

Memang sih kadang sering diving jadi sisi negatif yang nggak terpisahkan dari permainan Italia. kalau ditanya kenapa, jelas gue gak tau persis jawabannya. tetapi sebagai penggemar timnas itu sejak lama *12 tahun tepatnya* kelakuan mereka nggak terlepas dari kondisi liganya mereka.

di sana, gampang banget buat para pemain buat ngeboongin wasit. terlepas dari wasit tau mereka berakting tapi nggak mau ngasih hukuman -karena banyak kasus mereka disuap- pemain jadi terbiasa dan manja. mangkanya waktu skandal suap terkuak, itu sebetulnya jadi shock therapy yang bagus buat para pemain, klub atau para petinggi sepakbola italia yang memang harus dirombak abis-abisan.

tapi apa iya sih timnas Italia doang yang tukang diving? dari pencarian di google, gue mendapati beberapa orang di dunia ini gak sependapat.

"My favorite counterexample of a player that did just this thing all the time is Rivaldo. There was that time where he took a shot in the leg, and then after a bit of a delay, he acted as though someone had plunged steel needles into his eyes" (psmealy, sportfilter).

"... (Thierry) Henry fell to the ground clutching his face after Carlos Puyol lightly brushed his shoulder going for the ball. That free kick led to the winning goal from Les Bleus. Made me want to punch the cheating little shit in the head" (afx237vi, sportsfilter).


See... a so called best player in the world like Rivaldo dan Henry also did that! Dan yang lebih mengejutkan Presiden FIFA, otoritas sepakbola tertinggi dunia, Sepp Blatter juga pernah tuh nglakuin diving waktu masih main sepakbola. Bahkan gini katanya dalam artikel
Blatter says he used to dive when he played:

"I think that all players -- especially attacking players -- they do it because you go into the 18-yard area and then you lose the ball because somebody takes it away," said Blatter. "You are frustrated, and then in the frustration you do two things, either you try to get the ball back and then you commit a foul or you say 'but he touched me,' and then you fall down.

"I think this is a normal movement and I can understand the players acting like that. But now they are at the level of the World Cup and they are the professionals, so they should think about that, but it's in the game."

See.... then who do u call a diver??!

Friday, July 7, 2006

Berubah

Pada awalnya blog ini dibuat sebagai tempat curhat dan tulisan iseng-iseng mengenai gue, mangkanya judulnya "my simple thoughts". Tetapi rupanya mengungkapkan pikiran dan perasaan gue pada sebuah blog yang bisa dibaca miliaran orang di dunia *hiperbolis.com* nggak pas buat gue yang konservatif ini *yeah*.

Jadi mulai hari ini gue mengganti tema blog gue jadi mengenai olahraga saja! kenapa? karena gue suka dan punya banyak ide yang bisa dituangin dalam tulisan. Jadi gue bisa posting kerjaan gue di sini gitu loh, sekalian buat ngumpulin. Lumayanlah ketimbang orang-orang yang nggak sengaja mampir cuma ngliat deretan lirik lagu yang garing hahahaha

Eniwey tidak tertutup kemungkinan gue akan mem-posting hal-hal lain di luar olahraga. Seperti misalnya soal lagu-lagu dan film-film *halah-apa-bedanya-sama-yang-sekarang* hehehe

-MJ-

Keadilan

Berita gres soal skandal suap sepakbola Italia ini langsung menyulut kekecewaan gue... apa2an sih ini?

Abis baca, komentar pertama gue (dalam hati saja) "Heloo..... where the hell is justice?" terus terang gue sepakat dengan pak menteri dan nggak rela kalau musim depan gak bisa ngliat beberapa pilar pertahanan Italia di televisi, but gue sangat rela kalau itu harus terjadi demi yang namanya KEADILAN. Biar pada jera tuh para pelaku suap! karena gara-gara mereka Seri-A yang dulunya enak ditonton jadi ajang sandiwara belaka yang semua-muanya udah diatur!

Udah dua musim terakhir gue ogah banget nonton Seri-A. Alasan pertamanya karena udah ngak punya favorit lagi setelah AC Parma kolaps (bahkan nyariis degradasi), kedua, karena para pemain kesayangan gue pada pindah ke Juventus! (aka klub yang paling gue benci setelah Manchester United), ketiga, karena para wasit yang ampun deh murah banget harganya.

Alasan keempat, dan mungkin paling fundamental, karena Juve gak punya saingan. Masih mending kalau gak punya saingannya karena mereka terlalu jago, lah ini, ngebeli wasit! meski udah dicurigai dari zaman dulu -walaudibantahabisabisansamajuve- tetap aja "borok" gak bisa ditutup-tutupin terus.

Dan thanks god keburukannya Juve terbongkar di akhir musim 2005-06. udah gitu pengadilan sudah menuntut mereka dan tiga klub lain (AC Milan, Lazio, Fiorentina) didegradasi ke B dan terparah C1. Tapi oalah! berita yang diatas bikin gue kecewa berat.

Woooi, masa maling dikasih ampunan, kapan kapoknya dong??!!


Note: Malingnya nggak dikasih ampun. Juventus pun terdegradasi ke Seri B. Hore!

Thursday, July 6, 2006

A Thin Line Between Love And Hate

Sehari setelah kemenangan Italia atas Australia di babak 16 besar Piala Dunia 2006, 'Kompas' tanggal 29 Juni nurunin artikel menarik soal Fabio Grosso. Grosso ini kunci kemenangan Italia waktu lawan Australia. Gara-gara 'diving'-nya wasit ngasih penalti pas waktu menunjukkan detik-detik akhir babak normal. Dan gol penalti yang dieksekusi Francesco Totti itu menjadi hasil akhir pertandingan.

Kata Trias Kuncahyono dalam
Pendosa Kecil dari Italia, Grosso tuh penipu ulung. Klubnya sendiri aja ngasih label buat dia jagoan free-kick dan diving dalam situs resmi Palermo. Tapi karena dia orang Italia, gak bakal ada orang sana yang bilang dia penipu.

"Diving adalah salah satu cara untuk menang. Toh, seperti dikatakan (eks PM Giulio) Andreotti, di Italia tidak ada malaikat atau setan, yang ada hanyalah pendosa kecil. Dosa kecil tidak melemparkan orang ke neraka, kalau segera bertobat."

Sebelumnya tulisan ini secara pintar juga melukiskan betapa melanggar peraturan entah itu diving di sepakbola atau kegiatan mafia adalah perkara biasa banget buat orang Italia.

"Martin Clark dalam bukunya, Modern Italy 1871-1995, menulis, "Di negeri ini (Italia) Anda tak akan dianggap apa-apa bila belum pernah berurusan dengan aparat penegak hukum. Di Italia, menjadi terdakwa itu rasanya mirip seperti menjadi anggota House of Lords kalau di Inggris". Sebuah kebanggaan."

Sebagai penggemar timnas Italia sejak lama, asli, gue agak kaget baca artikel itu. Apalagi pas bagian Grosso diakui sebagai jagoan diving sama Palermo. What d hell?! Apa-apaan sih ni?! Masa diving jadi ciri khas yang dibanggakan klub?!

Eeh, barusan gondok, barusan kaget, gue ketawa ngakak pas baca artikel di 'Kompas' tanggal 5 Juli. Yang bikin Trias lagi. Judulnya
Ketika Fabio Grosso Telah Bertobat. Alamaaak..... segala hujatan yang ditulisnya beberapa hari lalu berbalik jadi puja-puji setinggi langit setelah kemenangan Italia atas Jerman 2-0 di semifinal.

"Fabio Grosso, jagoan free-kick dan diving, itu telah "bertobat". Ia tidak perlu menjatuhkan diri dengan penuh kepura-puraan seperti ketika melawan Australia untuk dielu-elukan dunia. Pada menit ke-119, ia menghancurkan mimpi Jerman untuk menjadi juara dunia di kandangnya sendiri. Grosso "muncul laksana fajar merekah, indah bagaikan bulan purnama, bercahaya bagaikan surya, dahsyat seperti bala tentara dengan panji-panjinya. Ia begitu piawai menggunakan kaki kirinya meneruskan bola yang disodorkan Andrea Pirlo ke pojok kanan gawang Lehmann. Ia memang hebat. Sosok tubuhnya yang atletis memang tidak mencerminkan namanya, grosso (bahasa Italia) yang berarti gemuk, dalam arti melebihi ukuran normal, atau besar. Tetapi, golnya menjadi grosso, sangat besar artinya, bagi Italia..."

Tuh kan?! Betapa tipis beda benci dan cinta. Hanya dalam satu penampilan Italia akhirnya dapat respek dari orang yang bahkan pernah keki berat - kalau diliat dari tulisannya.

Tapi ngomong-ngomong soal respek, skuad Italia di Piala Dunia 2006 emang pantes diacungin dua jempol - empat jempol malah. 4 the first time since 12 years, gue ngeliat Italia demen main terbuka. Bayangin. Waktu lawan Jerman, Lippi bahkan masukin empat penyerang di babak perpanjangan waktu. Gila! Selama 12 tahun gak pernah-pernahnya gue ngliat ada pelatih Italia nglakuin tindakan berisiko kayak gitu.

Sebelumnya di babak 8 besar lawan Ukraina Italia terus menyerang meski sudah unggul 1-0 sejak menit keenam. Alhasil skor akhir pertandingan jadi 3-0! gue lupa kapan terakhir Italia menang dengan skor segede itu di turnamen besar.

Dan sekarang mereka udah sampe babak final. Will they complete their excellent performance with a trophy? Oh, how i wish they will!