Search This Blog

Sunday, December 24, 2006

Perut, oh, Perut

Akhir2 ini gue lagi resah gelisah melihat kondisi perut gue. Bukan apa2, duluu, gue gak pernah bermasalah dengan bagian yang satu ini. Gimana enggak kalo berat badan gue gak pernah melebihi angka 40 kg.

Tapi setelah kerja, tahu makanan enak, doyan jalan-jalan hingga membuat bodi capek (dan efeknya makan buanyak) badan gue menggemuk. Kenaikan beratnya pun signifikan: 5 kg! Kalau yang menggemuk rata sih gak masalah, nah ini, bagian perut doang! maleees banget nggak siih!

Sebetulnya udah setengah tahun terakhir ini gue menyadari perut gue makin membuncit.  Tapi baru dua bulan terakhir gue merasakan dampaknya pada diri gue sendiri dan orang2 lain yang kebetulan sering memperhatikan penampilan gue.

Salah satu dampaknya terjadi bulan November lalu waktu gue dan keluarga mo ke pesta pernikahan anak teman ayah di Bogor. Waktu itu gue mutusin pake kebaya broken white dan rok yang udah jadi pasangannya. Seinget gue, waktu masih langsing (ehm hehehe)  itu rok PAS banget di pinggang gue. Nggak kegedean apalagi kekecilan. Tetapi pas malem itu gue coba kok gak bisa dinaikin resletingnya. Huaaaa…..

Waktu itu gue sempet berpikir: "Masa sih gue segemuk itu? ini bikinnya kan belum setahun?!," pikir gue. Jadi dengan sedikit usaha (nahan napas pas narik resletingnya hehe) gue cuek aja pake rok itu. Tapi benar saja. Bencana terjadi (untungnya) setelah pesta pernikahan itu. Waktu gue baru selesai buang air kecil, resletingnya macet! Parahnya kali ini for good! Halah! untung kebaya gue lumayan panjang jadi "buka-bukannya" gak keliatan banget. Untungnya lagi, gue baru ke toiletnya setelah mo pulang.

Tapi yang gue heran, kejadian itu nggak membuat gue lebih merhatiin perut gue. Padahal ibu yang selalu nyela-nyela tiap tidak sengaja ngliat perut buncit gue. Nah baru setelah teman sekantor berkomentar, gue beneran concern untuk mengecilkan perut ini. Ceritanya waktu lagi serius ngetik, tiba2 si Epi yang sedang berdiri di dekat meja gue nyeletuk "Wah, Mel, kecil2 (badannya) kok perutnya buncit." Panik gak sih lo kalo digituin? Kalo gue sih panik.

Dan sekarang gue pun giat menyortir artikel2 tentang mengecilkan perut. Kiat-kiat ini kayanya patut dicoba. Wish me luck!

Tuesday, December 19, 2006

Cannavaro: Simply The Best

Juara liga bersama Juventus, walau belakangan dicopot karena skandal suap, juara dunia bersama Italia, pindah ke klub terkaya dunia Real Madrid, pemain terbaik Eropa, pemain terbaik dunia versi World Soccer dan puncaknya pemain terbaik dunia versi FIFA. Fabio Cannavaro is simply the best!

Sunday, December 17, 2006

Benigni

Dari banyak sutradara film yang ada di dunia, Roberto Benigni adalah salah satu favorit gue. Kenapa? Karena film-filmnya karyanya selalu gue suka. Memang baru dua, tapi emang baru dua itu yang tayang di negeri ini.


Kenapa gue suka film-filmnya Benigni? Sebabnya banyak.


Pertama, karena film-filmnya selalu didasari atas realitas sejarah. Di film Life is Beautiful gue menyaksikan kegetiran yang harus dihadapi rakyat Italia utamanya keturunan Yahudi waktu negeri itu dikuasai oleh fasisme. Di film Tiger and The Snow gue disuguhkan dengan realita penderitaan yang dialami rakyat Irak gara-gara invasi AS. Negeri yang tadinya tentram dan gue yakin indah itu dalam sekejap menjadi neraka buat penghuninya. Oh, AS memang kejam.


Realitas sejarah yang digambarkan Benigni selalu yang tragis-tragis. Namun ia menggambarkannya secara humoris. Itu menjadi alasan kedua menyukai karya-karyanya Benigni.


Di Life is Beautiful, gue tertawa (sambil menangis di adegan tertentu) melihat usaha sang tokoh utama membuat anak lelakinya ‘betah’ di kamp konsentrasi NAZI dengan membuatnya layaknya sebuah permainan.  Di Tiger and The Snow, gue dibuat tertawa ngliat kegigihan (dan keberuntungan) sang tokoh utama sewaktu menyelamatkan nyawa perempuan yang dicintainya di daerah konflik seperti Irak.


Walau kental dengan humor, Benigni tidak pernah memaksakan filmnya berakhir happy. Itu yang membedakannya dengan kebanyakan film Hollywood yang didasari realitas sejarah juga.


Di Life is Beautiful, gue menangis sesenggukan melihat akhir tragis sang tokoh utama yang tewas di ujung senjata pengawas kamp konsentrasi. Padahal dia cuma sejengkal lagi dari akhir penderitaan di kamp konsentrasi.  Sementara Tiger and The Snow boleh dibilang berakhir happy. Tetapi tetap ada seorang tokoh sentral yang meninggal secara tragis: bunuh diri karena alasan yang sayangnya sungguh sangat nggak jelas dan menjadi handicap film ini.


Last but not least, alasan gue mencintai karya-karya Benigni adalah karena dia selalu menyinggung budaya Italia. Maklum, segala macam film mafia (yang buatan Hollywood sekalipun) aja gue doyan, gimana karya-karyanya Benigni yang dibikin dari perspektif orang Italia asli.


Apalagi dialognya bertutur dalam bahasa Italia. My confession: diantara banyak bahasa di dunia gue berambisi untuk mengerti bahasa ibunya Fabio Cannavaro. Yah, siapa tahu kalau ketemu Cannavaro suatu hari nanti bisa bilang ‘I love U’ yang dimengerti dia huehehehe.  

Jealousy

Oh how wrong can you be?
Oh to fall in love
Was my very first mistake
How was I to know
I was far too much in love too see?
Oh jealousy look at me now
Jealousy you got me somehow
You gave me no warning
Took me by surprise
Jealousy you led me on
You couldn’t lose you couldn’t fail
You had suspicion on my trail



How how how all my jealousy
I wasn’t man enough to let you hurt my pride
Now I’m only left with my own jealousy



Oh how strong can you be
With matters of the heart?
Life is much too short
To while away with tears
If only you could see
Just what you do to me
Oh jealousy you tripped me up
Jealousy you brought me down
You bring me sorrow you cause me pain
Jealousy when will you let go?
Gotta hold of my possessive mind
Turned me into a jealous guy



How how how all my jealousy
I wasn’t mad enough to let you hurt my pride
Now I’m only left with my own jealousy
But now it matters not
If I should live or die
‘Cause I’m only left with my own jealousy


 *by Queen*

Thursday, December 14, 2006

Poligami


Poligami lagi topik yang hangat banget akhir2 ini. Gara2nya dai kondang yang jadi panutan banyak orang (Aa Gym) memutuskan untuk beristri lagi. Ibu2 pada dongkol, sementara bapak2 kegirangan. Konon, ibu Ani Yudhoyono sampai kelimpungan dan nyuruh suaminya untuk merevisi UU Pernikahan dengan memasukkan (atau merevisi?) pasal soal poligami.


Emang segitu menakutkannya poligami? Buat yang sudah berkeluarga, apalagi para istri, mungkin begitu. Buktinya gak sedikit perceraian yang terjadi gara-gara istri gak mau diduain. Kalau nggak percaya tanya saja Dewi Yull, penyanyi tempo dulu itu. Kalau gue? sikap gue tergambar dari obrolan dengan sohib gue di YM:



Gue: eh udah liat istri aa gym yang baru?
Iyang: udah

Iyang: cakep ya
Gue: iya
Gue: pantesan aa gym kesengsem
Iyang: hahhahah
Gue: emak gue yang ngomel2 gitu tiap nonton beritanya
Gue: ibu2 pasti pada resah tu
Iyang: heeh
Iyang: ada nyang nangis
Iyang: kalo gw seh ya biar aja lah
Iyang:
kan aa juga manusia
Gue:
bagusan dia lah ngomong kalo punya istri lebih dari satu
Gue: ngak kaya yang laen
Iyang: heeh
Gue: sok monogami padahal poligami
Iyang: minta maap pulak
Iyang: hebat kan
Iyang: padahal dia gak salah
Gue: iya lah
Iyang: pake minta maap
Gue: dia ngrasa gak enak karena dia kan panutan
Iyang: heeh
Iyang: lagian mending poligamy
Iyang: drpada jinah
Gue: iya sih
Gue: tapi kasian istrinya
Iyang: ya istrinya udah rela
Gue: memang dunia ini tidak adil
Iyang: iya
Gue: ya rela kan di luarnya dalemnya siapa tahu
Iyang: manuasia gak ada yg sempurna
Gue: katanya aa laki2 itu kodratnya sebetulnya poligami bukan monogami
Gue: ngeri banget yak
Iyang: masa?
Gue: eh bukan kodrat apaan gitu istlahnya
Iyang: dia ngomong gt
Iyang: hahahha
Iyang: kalo dia ngomong gt gw gak setuju
Iyang: masak kodrat
Iyang: kesian wanita lah
Gue: ya pokoknya dia bilang semua laki itu punya keinginan poligami sebetulnya, cuman jadi apa enggaknya itu ya tergantung
Iyang: kalo itu mungkin
Iyang: ya lo tau dong laku
Gue: iya
Iyang: gak bisa liat jidat licin dikit
Gue: mana jumlahnya lebih banyak dari pere
Iyang: yeee
Iyang: banyakan pere
Gue: eh salah
Gue: iya maksupnya gitu
Iyang: 1 banding 5
Iyang: nah wajar kan
Iyang: 1 suami 5 istri
Gue: buset
Gue: lo setuju poligami gt cooy?
Iyang: gak
Iyang: biasa aja seh
Iyang: kan di bilangnya "boleh punya istri lebih dr satu asal adil"
Iyang: nah bisa adil gak?
Gue: iya
Iyang: lagian adil itu relatif
Gue: tapi seadil2nya pasti ada gak adilnya
Iyang: yoi
Gue: manusia gak ada yg sempurna
Iyang: dr ketidak sempurnaannya itu kita kudu berpikir….



Mudah2an ada banyak laki-laki yang punya pikiran kayak temen gue ini, hidup Yangki! (he he he bisa kegeeran nih dia kalo baca…..)




 



 

Friday, December 1, 2006

Tentang Game

Game alias permainan buat sebagian orang adalah candu. Kalau dah nyoba, apalagi sampai penasaran, yang ada mau nyoba dan nyoba lagi. Kalau udah menang — namanya permainan pasti ada menang dan kalah –rasanya selangit banget.

Gue sendiri jauh lebih menyukai baca, dengar musik, atau nonton bioskop daripada main game. Tapi pernah juga sekali dua kali sampe ketagihan meski gak sampe kronis.

Game pertama yang gue inget bikin gue ketagihan adalah game ‘Super Mario Bros’ di Nintendo (kalau anak-anak jaman sekarang udah memasuki era PS3, sampe sekarang gue cuma pernah main Nintendo pas jaman jadul banget. Jadi kebayang kan betapa ketinggalannya gue dalam hal per-game-an?!)

Anyway, tahu dong Mario Bros ? Baik di serial maupun di game-nya kartun itu punya tokoh utama bernama Mario. Dia digambarkan bertubuh pendek, bulat, berkumis, dan demen pake jumpsuit merah plus topi warna senada. Ceritanya dia berprofesi sebagai tukang ledeng. Si Mario itu punya kakak namanya Luigi. Dia juga tukang ledeng. Tapi beda dengan Mario, tubuh Luigi langsing, tinggi dan suka pake jumpsuit warna hijau.

Tiap minggu serialnya sendiri bercerita soal petualangan Mario dan Luigi di negeri jamur. Nah, mirip dengan serialnya, permainan ‘Mario Bros’ di Nintendo juga mengetengahkan petualangan Mario dan Luigi menghadapi para jamur jahat dan menyelamatkan sang putri jamur.

Kalau udah main game itu, bisa lupa waktu. Apalagi ada Mas Yoyok yang jadi ‘partner in crime’. Kayanya brentinya kalau Mama udah teriak-teriak karena televisi nggak bisa ditonton dan jadi panas he he he.

Selain ‘Super Mario Bros’, game yang lain praktis gak gue begitu kenal. Jaman kuliah, gue bahkan suka bingung ngliat beberapa teman cowok yang ngriung di depan komputer sambil ngutak-ngatik nama-nama pemain di sebuah tim sepakbola. Lucunya, mereka cuman ngutak-ngutik aja terus sisanya ngliatin layar kompie sambil teriak-teriak kalau ada gol. Belakangan gue tahu kalo itu game yang ngetop banget yang namanya ‘Championship Manager’.

Dari sekedar tahu, gue pernah juga sih diajarin main sama temen kantor. Katanya Pandit, “Buat wartawan sepakbola, bisa main CM itu penting.” But I don’t see the fun side of it. Padahal banyak orang yang masih kecanduan dan selalu menunggu versi terbarunya CM.

Seiring dengan perkembangan jaman, selain dengan media televisi atau komputer, game juga bisa dinikmati di media lain yang lebih compact. Contohnnya aja dengan handphone. Asyiknya, game yang dimainin di HP sama dengan yang dimainin lewat komputer. Meski nggak semua bisa sih. Anyway, lewat HP sekarang gue lagi ketagihan nge-game.

Nama permainannya ‘Midnight Pool’. Sebetulnya pada kehidupan nyata gue nggak bisa main biliar. Tapi sekedar pengen tahu istilah-istilah dalam permainan ini, gue jadi iseng aja nyobain.

Dari sekedar pengen tahu istilah, gue jadi menikmati. Rasanya seneng banget gitu disambut penonton setelah ngebuat ‘combo shot’ atau ‘bank shot’, atau dipuji dengan kalimat-kalimat seperti ‘You’ve got game’ atau ‘It’s a player like you that attracts the audience’ setelah nglahin komputer dengan kemampuan mulai dari rookie sampe profesional. Hey, in a real life, how could I do a bank shot?!

Pernah, saking larutnya waktu main ‘Midnight Pool’ gue batal tidur siang gara-gara kepenasaranan gue dengan seorang komputer cewek bernama ‘Jenny’. Man, dia jago banget! Padahal waktu itu gue harus tidur karena baru pulang pagi. Dasar Jenny! Untung sekarang lo udah bisa gue kalahain ho ho ho!

‘Midnight Pool’ sekarang sedang jadi teman yang menyenangkan di kala gue sedang berbengong ria. Meski, tetep, gue masih punya musuh-musuh yang alot dikalahin. Tapi satu hal yang membuat main game itu asyik, kalau kita kalah tinggal ngulang dan ngulang lagi sampe menang he he he.