Search This Blog

Tuesday, July 11, 2006

Campioni Del Mondo

Piala Dunia 2006 berakhir dramatis. Lewat adu penalti, diwarnai kartu merah terhadap Zinedine Zidane, Italia tampil sebagai juara dunia untuk keempat kalinya.

Kalau kebetulan nggak nonton final Piala Dunia 2006, gue pasti kaget setengah mampus ngbaca berita Italia Juara Dunia ini. Italia juara dunia? menang adu penalti? atas tim yang ngak pernah bisa mereka kalahin? are u kidding me?

Yes! nasib emang lagi becanda rupanya.. soalnya setelah 24 tahun Italia jadi juara dunia lagi, lewat momen yang menjadi momok Italia karena belum pernah dimenangkannya: adu penalti, dan ngalahin Prancis yang jadi ganjalan di dada fans Italia selama hampir enam tahun.. what a
great story!

Gak heran setelah Fabio Grosso berhasil memasukkan penalti terakhir di gawang Fabien Barthez gue meloncat-loncat kegirangan, ah biarin teman-teman kantor pada melongo terheran-heran :p, abis this is the moment i've been waiting for 12 years!

Sayang kemenangan Italia tercoreng oleh insiden memilukan yang melibatkan Zidane dan Materazzi. Zidane, the-so-called-maestro, menanduk dada Materazzi dengan beringas di perpanjangan waktu kedua. Kaget, reaksi pertama gue. Tapi sebagai fans Italia - yang pada saat itu juga gak tau provokasi apa yang dibilang Materazzi sampe Zidane nekat menanduknya - gue happy juga ngliat Zidane di kartu merah. It means there goes their playmaker and penaly taker.

Dan betul saja, tanpa Zidane, Raymond Domenech memasukkan nama-nama ngak jelas (karena gue gak familiar sih :P) dalam daftar penendang penaltinya. Tapi yang ngejutin bukan nama-nama gak jelas itu yang gagal nendang penalti tapi malah David Trezeguet! Hah! Karma Speaks! Ini dia orang yang bikin gue nangis enam tahun lalu karena golden goal-nya ke gawang Italia di final Euro 2000.

Sementara lima algojo Italia sukses ngjalanin tugas masing-masing. Pirlo, Materazzi, De Rossi, Del Piero, dan Grosso mantep banget ngambil penaltinya. Gak canggung sama sekali dan yang pasti gak meleset.

Grosso, sebagai penendang terakhir, lagi-lagi jadi penentu kemenangan Italia setelah lawan Australia dan Jerman. Dan lagi-lagi ni orang dibahas sama Kompas hahaha. Katanya dari pendosa, pendosa yang bertobat, sampe jadi malaikat.

Whatever they say Italia pantes jadi juara tahun ini. Asli pantes. Bukan karena gue ngefans. Sial buat Prancis sebetulnya mereka juga pantes sih secara udah ngalahin Brasil meski 1-0. Sayang di partai puncak mereka gak bisa ngalahin tim yang lebih baik hehehe.

Forza Italia! Campioni Del Mondo!

Saturday, July 8, 2006

Everybody's Dive!

Kalau ada pertanyaan, 'timnas sepakbola mana yang paling suka diving?', gue berani bertaruh sebagian besar penggemar bola bakal njawab 'italia'. gak gitu sulit untuk nyari alasannya, mereka pasti udah pernah nonton Italia -meski cuman sekali.

Memang sih kadang sering diving jadi sisi negatif yang nggak terpisahkan dari permainan Italia. kalau ditanya kenapa, jelas gue gak tau persis jawabannya. tetapi sebagai penggemar timnas itu sejak lama *12 tahun tepatnya* kelakuan mereka nggak terlepas dari kondisi liganya mereka.

di sana, gampang banget buat para pemain buat ngeboongin wasit. terlepas dari wasit tau mereka berakting tapi nggak mau ngasih hukuman -karena banyak kasus mereka disuap- pemain jadi terbiasa dan manja. mangkanya waktu skandal suap terkuak, itu sebetulnya jadi shock therapy yang bagus buat para pemain, klub atau para petinggi sepakbola italia yang memang harus dirombak abis-abisan.

tapi apa iya sih timnas Italia doang yang tukang diving? dari pencarian di google, gue mendapati beberapa orang di dunia ini gak sependapat.

"My favorite counterexample of a player that did just this thing all the time is Rivaldo. There was that time where he took a shot in the leg, and then after a bit of a delay, he acted as though someone had plunged steel needles into his eyes" (psmealy, sportfilter).

"... (Thierry) Henry fell to the ground clutching his face after Carlos Puyol lightly brushed his shoulder going for the ball. That free kick led to the winning goal from Les Bleus. Made me want to punch the cheating little shit in the head" (afx237vi, sportsfilter).


See... a so called best player in the world like Rivaldo dan Henry also did that! Dan yang lebih mengejutkan Presiden FIFA, otoritas sepakbola tertinggi dunia, Sepp Blatter juga pernah tuh nglakuin diving waktu masih main sepakbola. Bahkan gini katanya dalam artikel
Blatter says he used to dive when he played:

"I think that all players -- especially attacking players -- they do it because you go into the 18-yard area and then you lose the ball because somebody takes it away," said Blatter. "You are frustrated, and then in the frustration you do two things, either you try to get the ball back and then you commit a foul or you say 'but he touched me,' and then you fall down.

"I think this is a normal movement and I can understand the players acting like that. But now they are at the level of the World Cup and they are the professionals, so they should think about that, but it's in the game."

See.... then who do u call a diver??!

Friday, July 7, 2006

Berubah

Pada awalnya blog ini dibuat sebagai tempat curhat dan tulisan iseng-iseng mengenai gue, mangkanya judulnya "my simple thoughts". Tetapi rupanya mengungkapkan pikiran dan perasaan gue pada sebuah blog yang bisa dibaca miliaran orang di dunia *hiperbolis.com* nggak pas buat gue yang konservatif ini *yeah*.

Jadi mulai hari ini gue mengganti tema blog gue jadi mengenai olahraga saja! kenapa? karena gue suka dan punya banyak ide yang bisa dituangin dalam tulisan. Jadi gue bisa posting kerjaan gue di sini gitu loh, sekalian buat ngumpulin. Lumayanlah ketimbang orang-orang yang nggak sengaja mampir cuma ngliat deretan lirik lagu yang garing hahahaha

Eniwey tidak tertutup kemungkinan gue akan mem-posting hal-hal lain di luar olahraga. Seperti misalnya soal lagu-lagu dan film-film *halah-apa-bedanya-sama-yang-sekarang* hehehe

-MJ-

Keadilan

Berita gres soal skandal suap sepakbola Italia ini langsung menyulut kekecewaan gue... apa2an sih ini?

Abis baca, komentar pertama gue (dalam hati saja) "Heloo..... where the hell is justice?" terus terang gue sepakat dengan pak menteri dan nggak rela kalau musim depan gak bisa ngliat beberapa pilar pertahanan Italia di televisi, but gue sangat rela kalau itu harus terjadi demi yang namanya KEADILAN. Biar pada jera tuh para pelaku suap! karena gara-gara mereka Seri-A yang dulunya enak ditonton jadi ajang sandiwara belaka yang semua-muanya udah diatur!

Udah dua musim terakhir gue ogah banget nonton Seri-A. Alasan pertamanya karena udah ngak punya favorit lagi setelah AC Parma kolaps (bahkan nyariis degradasi), kedua, karena para pemain kesayangan gue pada pindah ke Juventus! (aka klub yang paling gue benci setelah Manchester United), ketiga, karena para wasit yang ampun deh murah banget harganya.

Alasan keempat, dan mungkin paling fundamental, karena Juve gak punya saingan. Masih mending kalau gak punya saingannya karena mereka terlalu jago, lah ini, ngebeli wasit! meski udah dicurigai dari zaman dulu -walaudibantahabisabisansamajuve- tetap aja "borok" gak bisa ditutup-tutupin terus.

Dan thanks god keburukannya Juve terbongkar di akhir musim 2005-06. udah gitu pengadilan sudah menuntut mereka dan tiga klub lain (AC Milan, Lazio, Fiorentina) didegradasi ke B dan terparah C1. Tapi oalah! berita yang diatas bikin gue kecewa berat.

Woooi, masa maling dikasih ampunan, kapan kapoknya dong??!!


Note: Malingnya nggak dikasih ampun. Juventus pun terdegradasi ke Seri B. Hore!

Thursday, July 6, 2006

A Thin Line Between Love And Hate

Sehari setelah kemenangan Italia atas Australia di babak 16 besar Piala Dunia 2006, 'Kompas' tanggal 29 Juni nurunin artikel menarik soal Fabio Grosso. Grosso ini kunci kemenangan Italia waktu lawan Australia. Gara-gara 'diving'-nya wasit ngasih penalti pas waktu menunjukkan detik-detik akhir babak normal. Dan gol penalti yang dieksekusi Francesco Totti itu menjadi hasil akhir pertandingan.

Kata Trias Kuncahyono dalam
Pendosa Kecil dari Italia, Grosso tuh penipu ulung. Klubnya sendiri aja ngasih label buat dia jagoan free-kick dan diving dalam situs resmi Palermo. Tapi karena dia orang Italia, gak bakal ada orang sana yang bilang dia penipu.

"Diving adalah salah satu cara untuk menang. Toh, seperti dikatakan (eks PM Giulio) Andreotti, di Italia tidak ada malaikat atau setan, yang ada hanyalah pendosa kecil. Dosa kecil tidak melemparkan orang ke neraka, kalau segera bertobat."

Sebelumnya tulisan ini secara pintar juga melukiskan betapa melanggar peraturan entah itu diving di sepakbola atau kegiatan mafia adalah perkara biasa banget buat orang Italia.

"Martin Clark dalam bukunya, Modern Italy 1871-1995, menulis, "Di negeri ini (Italia) Anda tak akan dianggap apa-apa bila belum pernah berurusan dengan aparat penegak hukum. Di Italia, menjadi terdakwa itu rasanya mirip seperti menjadi anggota House of Lords kalau di Inggris". Sebuah kebanggaan."

Sebagai penggemar timnas Italia sejak lama, asli, gue agak kaget baca artikel itu. Apalagi pas bagian Grosso diakui sebagai jagoan diving sama Palermo. What d hell?! Apa-apaan sih ni?! Masa diving jadi ciri khas yang dibanggakan klub?!

Eeh, barusan gondok, barusan kaget, gue ketawa ngakak pas baca artikel di 'Kompas' tanggal 5 Juli. Yang bikin Trias lagi. Judulnya
Ketika Fabio Grosso Telah Bertobat. Alamaaak..... segala hujatan yang ditulisnya beberapa hari lalu berbalik jadi puja-puji setinggi langit setelah kemenangan Italia atas Jerman 2-0 di semifinal.

"Fabio Grosso, jagoan free-kick dan diving, itu telah "bertobat". Ia tidak perlu menjatuhkan diri dengan penuh kepura-puraan seperti ketika melawan Australia untuk dielu-elukan dunia. Pada menit ke-119, ia menghancurkan mimpi Jerman untuk menjadi juara dunia di kandangnya sendiri. Grosso "muncul laksana fajar merekah, indah bagaikan bulan purnama, bercahaya bagaikan surya, dahsyat seperti bala tentara dengan panji-panjinya. Ia begitu piawai menggunakan kaki kirinya meneruskan bola yang disodorkan Andrea Pirlo ke pojok kanan gawang Lehmann. Ia memang hebat. Sosok tubuhnya yang atletis memang tidak mencerminkan namanya, grosso (bahasa Italia) yang berarti gemuk, dalam arti melebihi ukuran normal, atau besar. Tetapi, golnya menjadi grosso, sangat besar artinya, bagi Italia..."

Tuh kan?! Betapa tipis beda benci dan cinta. Hanya dalam satu penampilan Italia akhirnya dapat respek dari orang yang bahkan pernah keki berat - kalau diliat dari tulisannya.

Tapi ngomong-ngomong soal respek, skuad Italia di Piala Dunia 2006 emang pantes diacungin dua jempol - empat jempol malah. 4 the first time since 12 years, gue ngeliat Italia demen main terbuka. Bayangin. Waktu lawan Jerman, Lippi bahkan masukin empat penyerang di babak perpanjangan waktu. Gila! Selama 12 tahun gak pernah-pernahnya gue ngliat ada pelatih Italia nglakuin tindakan berisiko kayak gitu.

Sebelumnya di babak 8 besar lawan Ukraina Italia terus menyerang meski sudah unggul 1-0 sejak menit keenam. Alhasil skor akhir pertandingan jadi 3-0! gue lupa kapan terakhir Italia menang dengan skor segede itu di turnamen besar.

Dan sekarang mereka udah sampe babak final. Will they complete their excellent performance with a trophy? Oh, how i wish they will!