Search This Blog

Thursday, August 28, 2008

The Kite Runner

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Khaled Hosseini
Ini novel kedua Khaled Hosseini yang gue baca. Padahal yang betul, The Kite Runner keluar terlebih dahulu dibandingkan A Thousand Splendid Suns. Sama seperti sebelumnya, The Kite Runner sama menyentuhnya, sama detailnya, dan sama istimewanya.

Novel ini bercerita mengenai Amir dan Hassan, dua lelaki yang dibesarkan di sebuah rumah di Kabul. Amir diceritakan sebagai anak orang kaya yang berperasaan halus dan sangat menyukai sastra. Hassan adalah anak pelayan yang pemberani dan loyal.

Persahabatan mereka berlangsung bertahun-tahun dengan bahagia. Puncak kebahagiaan mereka adalah ketika Amir memenangkan turnamen layang-layang tahunan di kota Kabul. Ironisnya, pada hari yang sama sebuah peristiwa memilukan menimpa Hassan dan mengubah persahabatan mereka selamanya.

Amir “menendang” Hassan dan ayahnya, pelayan keluarga Amir selama berpuluh-puluh tahun, keluar dari rumahnya. Namun tindakan lelaki 13 tahun itu telah membuatnya tidak hanya kehilangan sahabat sejatinya tapi juga merenggut kebahagiaannya. Baru pada usia 36 tahun, Amir berkesempatan untuk menghilangkan bayang-bayang kelam yang kerap menggelayutinya pascakepergian Hassan. Berhasilkah?

Di atas kereta api dari Solo menuju Jakarta, gue menangis tersedu-sedu membaca lembar-lembar pertama novel ini. Untung ketika itu waktu menunjuk dini hari. Momen paling menyentuh adalah ketika terjadi perpisahan Amir dengan Hassan.

Tapi jika harus membandingkan, kok, sepertinya gue lebih menyukai novel kedua Hosseini, ya. Mungkin karena ceritanya yang mengangkat nasib perempuan, sementara kalau di Kite Runner yang menjadi sentral adalah laki-laki.

Mungkin juga karena di novel kedua, pemaparan mengenai kondisi Kabul, dan Afghanistan, masa-masa perang begitu gamblang. Jadi bisa sekalian belajar sejarah. Kalau di Kite Runner, banyak pula cerita mengenai kehidupan Amir di AS.

Anyway, terlepas dari hal-hal tersebut, gue menyukai novel pertama Hosseini karena pesannya. Tentang sahabat sejati yang tidak ternilai harganya. Baca, deh, dan lo akan tahu maksud gue :)

Friday, August 22, 2008

Cerita Jeans Kesempitan

Sehari2, termasuk ke kantor, gue paling demen make celana jeans. Sangking seringnya, semua jeans gue sekarang udah belel warnanya. Tapi gue nggak sedang pengen ngomongin warna melainkan ukuran.

Dari SMA sampe kerja setahun dua tahun pertama, kalo nggak salah, gue selalu make ukuran jeans paling kecil. Kalo ukurannya pake huruf, gue pake S. Kalo ukurannya nomer, biasa pake 26 atau 27. Itu aja kadang masih kegedean di beberapa tempat --biasanya pinggul. 

Mangkanya dulu gue lumayan sering permak jeans di vermak lepis (wakakak, ntu bener tulisannya, lho :p). Mulai dari potong bawah doang karena kepanjangan sampe permak pinggul ke bawah. Abis paling enggak nyaman pake jeans kedodoran.

Sekarang kayaknya kasus kedodoran gag bakal kejadian lagi, deh. Yang ada kesempitan. Iya nih, gue dibikin shocked ngliat jeans2 andalan gue satu per satu mulai gag bisa dipake. Yang nomor 27 itu dah gag muat segag muatnya. Yang biasa gue pake nih (nglirik bawah meja :D) harus dengan penuh perjuangan naikin resletingnya. Tinggal si belel abis dan jeans lungsuran dari ibu itu doang yang masih gampang dipakenya.

Ibu pun ikutan nambah gue pusyeng dengan omelannya: "Mangkanya kalo beli jeans jangan kapret2 melulu". Kapret adalah bahasa Ibu buat celana/baju yang pas badan. Emang nasib kudu beli jeans baru. Padahal "cuma" naik lima kilogram, kok, jadi repot begini :p 

Saturday, August 9, 2008

All You Need Is Love?

Lihat blog entry gue beberapa bulan lalu. Dan lihat sekarang gue menyertakan tanda tanya di belakang kalimat itu. Kondisi di salah satu wilayah kehidupan itu membuat gue mempertanyakan kalimat itu.

 

Satu demi satu teman gue meninggalkan kantor. K beberapa bulan yang lalu disusul A seminggu yang lalu. Mengutip kalimat seorang tokoh yang gue baca di Koran Sindo, ketika dia meninggalkan perusahaan karyawan bukan meninggalkan pekerjaannya, tapi dia meninggalkan atasannya.

 

Hmm, apakah betul? Gue nggak tahu. Tetapi ketika kamu sudah tidak berada di antara lingkungan atau pekerjaan yang membuat kamu nyaman, gue setuju pergi adalah solusi yang paling tepat.

 

So, is love is all we need? Kata seorang teman, dia akan pergi ketika kantor tidak mampu lagi menyediakan ruang untuknya berkembang. Lebih lima tahun merasakan suka dan duka dalam pekerjaannya pun tidak menjadi pertimbangan. Ketika sudah banyak syarat terabaikan, sorry, John, sorry Paul, tampaknya gue harus setuju dengan mereka.

Nice To Meet You

Dua minggu lalu, gue melakukan perjalanan ke Semarang dan Jogjakarta. Perjalanan ke luar kota yang pertama setelah (hmmm) awal tahun 2008. Yang melegakan lagi, perjalanan singkat itu ternyata cukup menyenangkan

Gue hanya stay semalam di Semarang. Di sebuah motel di daerah Hanoman. Sayang, tetapi secara sebelumnya gue belum punya temans di kota Lumpia itu, so, one night is better than none.

Malam minggu di Semarang, gue diajak temans dF Semarang (Fauzan, Wira, Agung dan Reni) ke Pecinan. Ramai banget hari itu dengan jajanan dan hiburan a la warga Tionghoa. Agak bingung juga ngliat banyak makanan berbahan dasar b2 yang dijual. Karena nyari aman akhirnya makan siomay aja, lah! Untung enak! Yang istimewa malam itu adalah dessert berupa minuman sirup beragar2 yang maknyus. Lupa deh gue namanya.

Oya, di Semarang gue punya agenda menghadiri acara anak2 dF Semarang yakni menanam tanaman bakau di daerah Pantai Maron. Untuk pertama kali gue ikutan nyebur di lumpur becek dan berpanas2 nanem pohon bakau. Tapi syeru, sih! 

Setelah selesai nanem pohon, Minggu sore gue dan temans dF Yogyakarta (Wiwid dan Pristi) masih ada waktu untuk ngider ditemani temans dF Semarang, Nico, sebelum bertolak ke Yogyakarta. Mau kemana lagi selain Lawang Sewu yang terkenal itu. Hehehe, ternyata auranya mistis beneran, ya. Untung ngidernya sore2.

Abis ke Lawang Sewu, saatnya makan sore berbahan dasar nasi (wakakakak ). Mbah Djingkrak dengan Ayam Rambut Setannya = mantap. Katanya di Jakarta sudah buka cabang, ya, boleh juga tuw dicoba buat nostalgila.

So that day was my last day at Semarang. Terlepas dari gue sudah punya teman2 baru di kota ini, tapi Yogya sudah menunggu. Hari Senin pagi, gue mulai berkantor di kantor perwakilan di Baciro. Sebelum mulai bekerja, Mas Koni dan Ian mengajak sarapan lontong sayur di depan Mandala Krida. Jauh lebih enak dan mengenyangkan ketimbang sarapan roti setangkup dan teh manis 

Setelah seharian kerja, diselingi makan siang di Flamboyan dekat UGM, sore ke malamnya gue baru bersenang-senang lagi. Tapi kalau nginget2 janjian di sana-sini alamat nggak bisa shopping, neh. Padahal nginep di Hotel Mutiara, Malioboro.

 

 

Bener aja, kan nggak sempat shopping. Senin malam janjian sama Kiko di Amplas, dilanjutin makan malam sama Ian di angkringan Pak Man di daerah Tugu. Balik ke hotel sudah jam 10 malam. Selasa sore janjian makan malam dengan Ketut, dilanjutkan janjian sama Wiwid dan dua member dF Jakarta yang lagi di Yogya. Pulang sudah malam. Untung Selasa siang sudah nyicipin SS (Spesial Sambal) yang gue kangenin.

 

 

Rabu gue libur. Tapi dari pagi agenda utama gue di Yogya sudah menunggu yaitu bakti sosial di daerah Sleman pelosok. I didn’t remember the name, but it was close to Mount Kidul. Di panti asuhan tersebut, gue nonton film, melihat penyuluhan kesehatan gigi dan pemeriksaan gigi. Dibandingkan dengan acara di Semarang, acara di Yogya nggak melibatkan lumpur dan panas2an, cuma debu aja banyakan  Anyway, dari dua kali terlibat baksos, walau hanya datang pada saat acaranya, baksos di Yogya inilah yang paling inovatif. 

 

 

Setelah selesai, sorenya gue dijamu di rumah makan bersaung di daerah Sleman juga. Untung di sana gue sempat makan ayam bakar karena pesawat (Lion Air), yang gue tumpangi malam harinya ke Jakarta, sekarang sudah nggak sedia makan gratis! Baru tahu gue. Belum lagi ternyata Lion akrab juga sama yang namanya delay. Cyape deh!  

 

 

Kalau diitung2, ada kali 40 orang temans baru yang gue temuin di Semarang dan Yogya. Ada yang aslinya serupa dengan dunia maya, ada yang aslinya mengagetkan, ada yang aslinya lebih baik daripada yang dibayangkan , ada yang aslinya menyebalkan, but it's nice to meet you all!