Search This Blog

Saturday, May 31, 2008

A Thousand Splendid Suns

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Khaled Hosseini
Membaca hobi yang cukup lama gue tinggalkan karena lebih sibuk menonton film. A Thousand Splendid Suns adalah novel tebal pertama yang bikin gue akan kembali betah “berteman” dengan buku.

Novel ini sebagian besar mengambil setting di Kabul, ibukota Afghanistan yang pernah porak-poranda karena konflik berkepanjangan. Oleh seorang penyair Afghan, Kabul digambarkan begitu indah. “Siapapun tidak akan bisa menghitung bulan-bulan yang berpendar di atas atapnya, ataupun seribu mentari surga yang bersembunyi di balik dindingnya,” kata Saib-e-Tabrizi. Namun bagi Mariam dan Laila, Kabul tidak selalu seindah itu.

Mariam adalah seorang perempuan yang dihasilkan dari hubungan terlarang. Tidak mendapatkan pengakuan dari ayah kandungnya dan menerima pelecehan dari ibu kandungnya, Mariam nyaris menjadi perempuan yang tak mengenal cinta tanpa pamrih.

Laila sebaliknya. Dia adalah perempuan enerjik yang besar diantara orang tua yang sangat mengasihinya dan sahabat tercintanya, Tariq. Namun perang yang berkepanjangan memaksa Laila terpisah dengan orang-orang terkasihnya dan nyaris merenggut impian masa kecilnya.

Di Kabul, dua perempuan dari generasi dan latar belakang berbeda tersebut tinggal dan menanggung derita sebagai istri-istri Rasheed. Namun di tengah berbagai tragedi, siksaan berkepanjangan dari suami dan perang, Mariam dan Laila saling membantu menciptakan suka dalam duka mereka.

Waktu ada di toko buku hari itu sebetulnya gue hampir membeli Kite Runner, novel pertamanya Khaled Hosseini. Tapi karena tema gue memilih untuk langsung membaca novel keduanya. Kayaknya, sih, pilihan gue nggak salah.

Novel ini semakin menguatkan pendapat gue bahwa perempuan adalah mahluk luar biasa yang, di tengah tragedi sekalipun, selalu punya cara untuk menemukan kebahagiaan nggak hanya buat dirinya sendiri tapi juga buat orang-orang terkasihnya. Dalam novel ini Laila mengenalkan pada Mariam makna cinta tanpa pamrih. Atas pertolongan Mariam, Laila mewujudkan impian masa kecilnya.

Dari novel ini gue belajar sejarah negeri yang sebelumnya kurang gue kenal. Manis pahitnya kondisi Afghan pada masa kepemimpinan Najibullah, perang antar faksi Mujahidin, kepemimpinan Taliban sampai era pasca penyerbuan AS diceritakan secara gamblang oleh Hosseini. Belajar melalui media kayak gini lebih efektif ketimbang membaca diktat-diktat tebal yang membosankan.

Gue pernah sangat menggemari chick lit. Tapi kayaknya setelah membaca novel ini gue akan lebih sering membaca karya-karya yang lebih berisi dan bermakna.

4 comments:

  1. hihihi, melly :) hayo hunting buku bareng...

    ReplyDelete
  2. wah mel, thanks reviewnya, bolak balik mau cari buku ini tapi ragu2, apa iya gw suka, karena biasanya yang dibilang orang bagus, malah gak menarik buat gw

    ReplyDelete
  3. hehe mari, bu, tapi sekarang gue lagi baca laskar pelangi, nggak abis2, bo! ;p agak ngebosenin ceritanya huhuhu

    ReplyDelete
  4. yah, emang selera orang beda2, sih, va, chick lit seri terakhir shopaholic yang lo kasih rating satu bintang aja gue kasih tiga bintang :))

    ReplyDelete